Skip to main content

Membaca Alkitab sebagai Disiplin Rohani

Kita membutuhkan firman Allah melebihi kebutuhan kita akan makanan jasmaniah. Yesus menyadari hal ini ketika Ia menjawab godaan setan dengan mengutip Ulangan 8:3, "Manusia bukan hidup dari roti saja, tetapi oleh setiap firman yang keluar melalui mulut Allah." Hal itulah yang menjadi salah satu alasan membaca Alkitab merupakan disiplin rohani yang sangat mendesak.

Membaca Alkitab secara teratur juga penting karena dapat memengaruhi disiplin rohani lainnya. Contohnya, untuk dapat setia dalam berdoa, kita perlu mengetahui apa yang firman Allah katakan untuk kita doakan. Begitu juga untuk setia dalam pekerjaan penginjilan, diperlukan kepekaan untuk mengetahui kebenaran (firman Allah) manakah yang perlu didengar oleh orang-orang yang belum percaya agar mereka dapat percaya dan diselamatkan. Jika kita ingin bertumbuh dalam hal ini dan disiplin rohani lainnya, kita perlu mengerti firman Allah.

Di bawah ini, saya ingin memberikan beberapa saran tentang disiplin rohani pribadi membaca Alkitab. Tentunya banyak hal yang dapat dibahas mengenai topik ini, tetapi saya harap beberapa saran ini dapat menyemangati Anda untuk semakin setia dalam disiplin rohani yang sangat diperlukan ini.

Dapatkan Kekuatan dari Persekutuan

Jangan membuat kesalahan dalam mempraktikkan disiplin ini (atau disiplin rohani lainnya) dengan mengisolasi diri. Terkait dengan mengonsumsi Alkitab, ibadah bersama di gereja seharusnya menjadi tempat pertama yang dituju oleh setiap orang Kristen. Dalam ibadah mingguan, kita mendengar firman Allah diberitakan oleh orang-orang yang Kristus siapkan untuk memperlengkapi dan mendewasakan gereja (Efesus 4:11-15; 1 Timotius 3:2; 2 Timotius 4:1-5). Rasul Paulus juga menyebutkan pentingnya "pembacaan bersama Kitab Suci" (1 Timotius 4:13, AYT). Mendengar firman Allah pada hari Minggu seharusnya dapat meningkatkan keinginan kita untuk membacanya sepanjang minggu ke depan.

Sebagai tambahan dari persekutuan bersama, pelayanan lain di gereja seharusnya memperkaya kegiatan membaca Alkitab kita secara pribadi. Baik itu kelas-kelas, kelompok-kelompok kecil, studi-studi Alkitab, atau percakapan santai empat mata, kita dibangun oleh orang lain yang "mengatakan kebenaran dalam kasih" (Efesus 4:15, AYT).

Ingatlah Siapa yang Berbicara

Ketika jadwal kita menjadi terlalu padat dan kita menjadi teralihkan, sangatlah mudah bagi kita untuk kehilangan motivasi, dan kegiatan membaca Alkitab kita hanya menjadi bagian dari daftar kegiatan yang harus dilakukan. Itulah sebabnya, kita perlu diingatkan siapa yang berbicara kepada kita. Allah, Allah yang hidup, yang berfirman menciptakan dunia ini dan terus menjaganya dengan kuasa-Nya, Dialah yang bersabda dan firman-Nya tertuang dalam Kitab Suci. Dan, tidak hanya kuasa dan otoritas-Nya yang membuat kita rindu ingin mendengar-Nya, tetapi juga karena Ia adalah Penebus kita. Bagaimana mungkin kita tidak ingin mendengar perkataan Bapa yang begitu pengasih yang telah merelakan Putra-Nya yang tunggal untuk menjadi manusia dan mati menggantikan kita agar kita dapat diperdamaikan dengan Dia selamanya?

Menyadari bahwa Allah yang berbicara juga memberi kita keyakinan yang lebih besar kepada kuasa dan ketepatan firman Tuhan. Allah tidak pernah berdusta (Titus 1:2), jadi kita tahu bahwa Dia akan menepati janji-janji-Nya; Kuasa Allah tidak terbatas (Yeremia 32:17), jadi kita tahu bahwa Dia akan menggenapi semua janji-Nya berdasarkan tujuan-tujuan-Nya yang baik dan bijaksana. Karena firman Allah disabdakan oleh-Nya, kita dapat yakin pada kemampuannya untuk memperlengkapi kita untuk setiap perbuatan baik (2 Timotius 3:16-17).

Miliki Sikap Hati yang Benar

Karena Allah yang bersabda kepada kita melalui firman-Nya dalam Alkitab, maka logikanya kita akan melihat kegiatan membaca Alkitab sebagai sesuatu yang mengagumkan, kita juga akan melakukannya dengan penuh kerendahan hati, dan rasa membutuhkan yang penuh sukacita. Yesaya 66:2 mengingatkan kita tentang sikap hati yang benar yang menyenangkan Allah:
"Akan tetapi, kepada orang inilah Aku memandang; kepada orang yang tertindas, yang menyesal dalam roh, dan yang gemetar terhadap firman-Ku." (AYT)

Kita tidak datang kepada firman-Nya menuntut Allah memberitahukan apa yang ingin kita dengar atau untuk mencari pembenaran atas pikiran-pikiran kita sendiri. Kita datang sebagai hamba kepada Tuhan yang Mahakuasa, sebagai anak kepada Bapa Surgawi yang Mahabijaksana. "Takut akan TUHAN adalah permulaan hikmat." (Amsal 9:10, AYT).

Sikap hati yang benar dalam membaca Alkitab juga melibatkan keinginan yang besar dan sukacita. Karena Allah lebih memuaskan dibandingkan apa pun yang dunia dapat tawarkan, maka kita seharusnya mencintai perintah-perintah-Nya melebihi emas (Mazmur 119:127, AYT) dan merindukan perintah-perintah-Nya (ay. 131, AYT).

Yang terakhir, sikap hati yang benar dalam membaca Alkitab melibatkan kesadaran bahwa kita memerlukan pertolongan. Hanya Roh Allah yang tahu pikiran-pikiran Allah (1 Korintus 2:6-16), jadi kita seharusnya terus-menerus meminta Dia untuk menolong kita mengerti dan merespons dengan benar setiap firman yang kita baca.

Buat Rencana Baca

Membaca Alkitab secara teratur membutuhkan komitmen. Banyak orang mendapati bahwa akan sangat membantu jika kita menetapkan jam baca rutin dan menyiapkan tempat khusus untuk membaca Alkitab. Usahakan untuk mencari waktu yang tidak banyak gangguan dan kemungkinan mengantuk. Saya menyadari bahwa hal ini juga sulit dilakukan oleh beberapa orang (sebagai contoh, seorang ibu yang memiliki anak kecil). Jadi, Anda mungkin harus kreatif atau meminta bantuan dari pasangan Anda.

Faktor penentu lain untuk memutuskan di mana dan kapan Anda membaca adalah merencanakan apa yang akan Anda baca. Ada banyak rencana baca di luar sana, atau Anda dapat melakukannya sesuai ritme Anda sendiri. Apa pun caranya, lakukanlah itu sesuai rencana daripada mendasarkan pembacaan Anda dengan membuka Alkitab secara acak atau berdasarkan suasana hati Anda saat itu. Kedisiplinan ini layak untuk dibuatkan perencanaan.

Baca Secara Mendalam dan Luas

Ketika Anda berencana untuk membaca Alkitab secara teratur, berhati-hatilah terhadap dua macam ekstrem yang tidak diinginkan. Yang pertama, ada bahaya dalam rencana baca Alkitab dengan target setahun, membaca banyak kitab setiap harinya, tanpa sempat berhenti untuk benar-benar meresapi kebenaran-kebenaran yang Anda dapatkan. Kita seharusnya menyediakan waktu untuk belajar dan merenungkan janji-janji Allah, sifat-sifat-Nya yang menginspirasi, dan karya penyelamatan yang Yesus Kristus lakukan bagi kita.

Bahaya kedua adalah jika Anda memfokuskan seluruh waktu Anda pada pembacaan, kitab, dan topik kesukaan Anda di Alkitab. Hal ini dapat membuat Anda miskin pengertian akan sudut pandang Allah dan kehidupan kekristenan. Setiap orang percaya perlu terpapar dengan "semua rencana Allah" (Kisah Para Rasul 20:27). Jadi, bacalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru secara menyeluruh, dari Kejadian sampai Wahyu.

Terus Lakukan

Akhirnya, anggaplah kegiatan membaca Alkitab setiap hari yang Anda lakukan seperti maraton dan bukan lari cepat. Ada hari-hari di mana Anda akan mendapatkan wawasan baru yang menarik, sementara ada hari-hari di mana timbul lebih banyak pertanyaan dibandingkan jawaban. Semuanya baik. Terkadang, Allah menggunakan firman-Nya untuk membentuk pikiran-pikiran, keinginan-keinginan, sikap-sikap, dan tindakan-tindakan kita dengan cara-cara yang tidak kita sadari.

Menumbuhkan pemahaman mengenai firman Allah memerlukan waktu, jadi bersiaplah untuk terus melakukannya. Jangan frustrasi dan berhenti hanya karena Anda tidak dapat memenuhi rencana membaca Alkitab yang Anda tetapkan. Ingatlah, tujuan Anda adalah untuk memupuk kasih Anda kepada Allah. Kegiatan Anda membaca Alkitab hanyalah cara untuk mencapai tujuan tersebut. (t/Pingkan)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Radical.net
URL : https://radical.net/articles/bible-reading-as-a-spiritual-discipline/
Judul asli artikel : Bible Reading as a Spiritual Discipline
Penulis artikel : David Platt