Skip to main content

Tambang-tambang Raja Salomo

Penemuan-penemuan baru dari sebuah penggalian arkeologis yang dipimpin pada musim dingin ini oleh Dr. Erez Ben-Yosef dari Jacob M. Alkow Department of Archaeology and Near Eastern Cultures di Tel Aviv University membuktikan bahwa tambang-tambang tembaga di Israel yang diduga dibangun oleh orang Mesir kuno pada abad ke-13 sebenarnya berasal dari tiga abad kemudian, pada masa pemerintahan Raja Salomo yang legendaris.

Berdasarkan pada penanggalan radiokarbon atas material-material yang digali di situs baru di Lembah Timna di Padang Gurun Aravah Israel, penemuan-penemuan tersebut menggulingkan konsensus arkeologi dari beberapa dekade terakhir. Karya-karya ilmiah dan material-material di wilayah tersebut menunjukkan bahwa tambang-tambang tersebut dioperasikan oleh orang Edom, sebuah konfederasi suku seminomaden yang menurut Alkitab terus berperang dengan Israel.

"Tambang-tambang tersebut pasti berasal dari periode Raja Salomo," kata Dr. Ben-Yosef. "Tambang-tambang itu bisa menolong kita memahami masyarakat lokal, yang pasti tak terlihat kepada kita dalam situasi lain."

Istana Raja Daud

Budak Sejarah

Sekarang taman nasional, Lembah Timna tadinya merupakan kawasan produksi tembaga kuno dengan ribuan tambang dan lusinan situs peleburan. Pada Februari 2013, Dr. Ben-Yosef dan sebuah tim peneliti dan mahasiswa menggali sebuah situs yang sebelumnya belum pernah disentuh di lembah tersebut, yang dikenal sebagai Slaves' Hill (Bukit Budak). Wilayah tersebut merupakan perkemahan peleburan besar yang mengandung sisa-sisa ratusan tungku dan lapisan terak tembaga, yaitu limbah yang dihasilkan selama proses peleburan.

Selain tungku-tungku tersebut, para peneliti menemukan koleksi baju, kain, dan tali-tali yang mengesankan yang terbuat dari teknologi tenun canggih; makanan, seperti kurma, anggur, dan pistacio; keramik; dan berbagai jenis instalasi metalurgis. Oxford Radiocarbon Accelerator Unit, yang terkenal di dunia, di University of Oxford di England menanggalkan 11 dari benda-benda tersebut berasal dari abad ke-10 sM, ketika, menurut Alkitab, Raja Salomo memerintah Kerajaan Israel.

Catatan arkeologis menunjukkan bahwa tambang-tambang di Lembah Timna dibangun dan dioperasikan oleh suatu masyarakat lokal, kemungkinan orang Edom mula-mula, yang dikenal telah menduduki tanah tersebut dan membentuk sebuah kerajaan yang menyaingi Kerajaan Yehuda. Material-material yang digali itu dan kurangnya sisa-sisa arsitektur di Bukit Budak mendukung gagasan bahwa orang-orang lokal adalah orang-orang seminomaden yang tinggal di dalam tenda.

Penemuan-penemuan dari Bukit Budak menegaskan penemuan-penemuan dari penggalian pada 2009, yang dibantu pengerjaannya oleh Ben-Yosef, di "Situs 30", sebuah perkemahan peleburan kuno terbesar lain di Lembah Timna. Pada waktu itu, seorang mahasiswa pascasarjana bimbingan Prof. Thomas E. Levy di University of California, San Diego, membantu mendemonstrasikan bahwa tambang-tambang tembaga di lembah tersebut berasal dari abad ke-11 sampai dengan ke-9 sM -- era Raja Daud dan Salomo -- dan kemungkinan berasal dari bangsa Edom. Penemuan-penemuannya dilaporkan dalam jurnal The American Schools of Oriental Research pada tahun 2012, tetapi publikasi tersebut tidak mengguncang gagasan bahwa tambang-tambang tersebut berasal dari Mesir, berdasarkan terutama pada penemuan sebuah kuil Mesir di tengah lembah tersebut pada tahun 1969.

Kekuatan Tanpa Batu

Penggalian di Bukit Budak juga mendemonstrasikan bahwa masyarakat di Lembah Timna sangat kompleks. Teknologi peleburannya relatif canggih dan tata letak perkemahannya merefleksikan tingkatan organisasi sosial yang tinggi. Kerja sama yang mengesankan tentu diperlukan bagi ribuan orang untuk mengoperasikan tambang-tambang di tengah padang gurun.

"Di Lembah Timna, kami menemukan sebuah masyarakat dengan pengembangan, organisasi, dan kekuatan signifikan yang tidak diragukan," kata Ben-Yosef. "Namun, karena orang-orang ini tinggal di dalam tenda (pada waktu itu), mereka pasti transparan bagi kita, sebagai arkeolog, apabila mereka terlibat dalam suatu industri selain penggalian dan peleburan, yang sangat terlihat secara arkeologis."

Meski masyarakat kemungkinan memiliki tingkat kekuatan politik dan militer, para arkeolog mungkin tidak akan pernah menemukan bukti akan keberadaannya jika bukan karena operasi pertambangan. Ben-Yosef mengatakan bahwa hal ini menimbulkan pertanyaan tentang asumsi tradisional arkeologi bahwa masyarakat maju biasanya meninggalkan reruntuhan arkeologis. Dia juga mengatakan bahwa penemuan-penemuan di Bukit Budak melemahkan kritik terhadap historisitas Alkitab berdasarkan kurangnya bukti arkeologis. Sangat mungkin bahwa Daud dan Salomo ada dan, bahkan, bahwa terkadang mereka memegang beberapa kendali atas tambang-tambang di Lembah Timna, ujarnya.

Dr. Ben-Yosef sedang memimpin penggalian lain di Bukit Budak pada musim dingin dan sedang mencari sukarelawan. (t/Odysius)


Diterjemahkan dari:
Nama situs: Science Daily
Alamat situs: https://www.sciencedaily.com/releases/2013/09/130903141356.htm
Judul asli artikel: Evidence of Solomon's mines: Archaeologists dates mines in south of Israel to days of King Solomon
Penulis artikel: American Friends of Tel Aviv University
Tanggal akses: 9 Mei 2017