Skip to main content

Filistin Memperkenalkan Beragam Flora ke Israel Selama Zaman Besi

Salah satu masalah paling mendesak dalam konservasi biologi modern adalah "invasi biologi." Karena kontak yang belum pernah terjadi sebelumnya antara masyarakat dan kebudayaan dalam "desa global" masa kini, spesies hewan dan tanaman tertentu tersebar luas ke seluruh dunia, sering kali mengakibatkan kerusakan besar terhadap spesies lokal.

Daftar Flora Zaman Batu

Ini adalah struktur Daftar Flora Zaman Batu di tiap situs. Ukuran lingkaran menyatakan total jumlah spesies tanaman baru yang dikenali di situs-situs Zaman Batu. Warna merah menunjukkan spesies baru yang hanya muncul di situs Zaman Batu Filistin. Warna hijau menunjukkan spesies yang hanya muncul dalam konteks Zaman Batu non-Filistin. Warna biru menandakan spesies yang ada di situs Filistin dan non-Filistin. Ketiga angka mewakili kuantitas spesies Filistin/spesies non-Filistin/spesies yang dimiliki keduanya, pada satu situs.

Kredit: Peta diproduksi oleh M. Frumin dengan menggunakan ArcGIS untuk Desktop (ArcMap 10.1), ESRI.

Studi-studi terbaru menunjukkan bahwa spesies asing sudah memiliki dampak besar tak hanya pada masa kini, tetapi juga pada zaman purba. Hal ini dicontohkan dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam Laporan-Laporan Ilmiah terbitan tanggal 25 Agustus oleh tim yang dipimpin oleh para arkeolog dari Martin (Szusz) Department of Land of Israel Studies and Archaeology di Bar-Ilan University (Suembikya (Sue) Frumin, Prof. Ehud Weiss, dan Prof. Aren Maeir) dan Hebrew University (Dr. Liora Kolska Horwitz), mendeskripsikan sisa-sisa bio-arkeologis dari kebudayaan Filistin selama Zaman Besi (abad ke-12 hingga abad ke-7 SM). Tim tersebut menyusun suatu basis data sisa-sisa tanaman yang diekstrak dari situs-situs Zaman Perunggu dan Zaman Besi di Levant selatan, baik Filistin maupun non-Filistin. Dengan menganalisis basis data ini, para peneliti menyimpulkan bahwa orang-orang Filistin (datang) ke Israel tak hanya membawa diri mereka, tetapi juga tanaman-tanaman mereka.

Spesies yang mereka bawa seluruhnya merupakan tanaman hasil budidaya yang belum pernah terlihat di Israel sebelumnya. Ini meliputi bagian-bagian dari opium (Papaver somniferum) yang dapat dimakan, yang berasal dari Eropa barat; pohon sycamore (Ficus sycomorus), yang buah-buahnya diketahui telah dibudidayakan di Mediterania timur, khususnya Mesir, dan yang keberadaannya di Israel sebagai pohon yang dikembangbiakkan secara lokal dikonfirmasi pertama kali pada Zaman Besi melalui keberadaan buahnya; dan terakhir, jintan (Cuminum cyminum), tanaman rempah dari Mediterania Timur. Sue Frumin, seorang mahasiswa S3 di laboratorium arkeobotani Prof. Ehud Weiss, Bar-Ilan University, menjelaskan bahwa "bagian-bagian yang dapat dikonsumsi dari spesies-spesies tersebut - opium, sycamore, dan jintan - tidak teridentifikasi dalam catatan arkeobotani Israel sebelum Zaman Besi, ketika kebudayaan Filistin pertama kali muncul di wilayah tersebut. Tak satu pun dari tanaman-tanaman tersebut tumbuh liar di Israel saat ini, tetapi hanya dikembangbiakkan sebagai tanaman-tanaman budidaya."

Sebagai tambahan terhadap pemindahan tanaman-tanaman asing dari wilayah-wilayah lain, orang-orang Filistin merupakan komunitas pertama yang mengeksploitasi lebih dari 70 spesies tanaman synantropis (spesies yang mengambil manfaat dengan hidup di sekitar manusia) yang tumbuh secara lokal di Israel, misalnya Purslane, Wild Radish, Saltwort, Henbane, dan Vigna. Spesies-spesies tanaman ini tidak ditemukan di situs-situs arkeologi sebelum Zaman Besi, atau di situs arkeologi Zaman Besi milik kebudayaan-kebudayaan non-Filisitin - bangsa Kanaan, Israel, Yehuda, dan Feniks. "Revolusi pertanian" yang mengiringi kebudayaan Filistin mencerminkan pemerintahan agraria dan pilihan-pilihan makanan yang berbeda dengan orang-orang sezamannya.

Fakta bahwa ketiga jenis tanaman asing yang diperkenalkan oleh orang-orang Filistin tersebut berasal dari wilayah-wilayah yang berbeda selaras dengan keragaman asal-usul geografis yang beragam dari bangsa itu. Filistin - salah satu bangsa yang disebut "Bangsa Laut", serta disebutkan dalam Alkitab dan sumber-sumber kuno lain - adalah komunitas multi-etnis yang berasal dari Aegea, Turki, Siprus, dan wilayah-wilayah lain di Mediterania Timur yang menetap di dataran pesisir selatan Israel pada permulaan Zaman Besi (abad ke-12 sM), dan menyatu dengan bangsa Kanaan serta masyarakat setempat lainnya, untuk pada akhirnya menghilang pada akhir Zaman Besi (kira-kira 600 sM).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama perkiraan 600 tahun tersebut, kehadiran kebudayaan Filistin di Israel telah menghasilkan dampak besar dan jangka panjang terhadap keragaman flora setempat. Bangsa Filistin meninggalkan varietas tanaman yang masih dikembangbiakkan sebagai warisan biologis di Israel, di antaranya sycamore, jintan, ketumbar, pohon laurel, dan opium.

Orang-orang Filistin juga meninggalkan jejak mereka pada fauna setempat. Dalam sebuah studi sebelumnya, yang juga dipublikasikan dalam berbagai Laporan Ilmiah yang di dalamnya dua dari penulisnya saat ini (Maeir dan Kolska Horwitz) berpartisipasi, DNA yang diekstrak dari tulang-tulang babi kuno di situs Filistin dan non-Filistin di Israel menunjukkan bahwa babi-babi Eropa dimasukkan ke Israel oleh orang-orang Filistin, dan perlahan menenggelamkan populasi babi lokal melalui kawin silang. Akibatnya, babi hutan modern di Israel pada masa kini lebih memiliki sekuens DNA (babi) Eropa ketimbang sekuens DNA (babi) setempat di Timur Dekat.

Sebagaimana digambarkan oleh kajian-kajian tersebut, pengujian terhadap catatan bio-arkeologi berpotensi untuk membantu kita memahami mekanisme-mekanisme dan vektor-vektor jangka panjang yang telah memberi sumbangsih pada keragaman flora dan fauna masa kini, suatu informasi yang mungkin juga membantu ahli ekologi modern untuk menghadapi isu spesies invasif yang mendesak. (t/Joy)

Sumber cerita:
Materi disediakan oleh Bar-Ilan University.
Catatan: Konten dapat diedit untuk gaya bahasa dan panjangnya.

Referensi Jurnal:
Suembikya Frumin, Aren M. Maeir, Liora Kolska Horwitz, Ehud Weiss. Studying Ancient Anthropogenic Impacts on Current Floral Biodiversity in the Southern Levant as reflected by the Philistine Migration. Scientific Reports, 2015; 5: 13308 DOI: 10.1038/srep13308

 

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Science Daily
Alamat situs: https://www.sciencedaily.com/releases/2015/08/150828112741.htm
Judul asli artikel: Philistines introduced sycamore, cumin and opium poppy into Israel during the Iron Age
Penulis artikel: Bar-Ilan University
Tanggal akses: 9 Mei 2017