Skip to main content

Arkeologi Natal

Gambar: Manuskrip terawal Injil Lukas

Banyak orang memperlakukan kisah Natal dalam Alkitab dengan cara yang sama seperti cerita Santa Klaus, pak tua yang ceria, yakni sebagai tradisi yang baik untuk diperingati selama musim perayaan, dan mungkin juga berasal dari fakta sejarah, tetapi lebih banyak mitos daripada kebenarannya. Maksudnya, yang benar saja, gembala melihat malaikat? Orang-orang Majus membawa persembahan? Seorang perawan melahirkan? (Anda tahu bagaimana proses pembentukan bayi, bukan?!)

Namun, dua catatan paling kuno tentang kelahiran Yesus dari Nazaret ditulis oleh seseorang yang bertahun-tahun mengikuti Dia (Matius) dan oleh seorang sejarawan yang dengan teliti menyelidiki keterangan yang disampaikan langsung oleh para saksi mata (Lukas). Lebih lagi, catatan itu ditulis pada saat orang-orang yang mengenal Yesus masih hidup: ibu-Nya, saudara-saudara kandung-Nya, dan murid-murid-Nya.[1] Petrus sendiri berkata, “Sebab kami tidak mengikuti mitos-mitos yang dikarang dengan cerdik ketika memperkenalkan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus, tetapi karena kami adalah saksi-saksi mata akan kemuliaan-Nya” (2 Petrus 1:16). Lagi pula, catatan tentang Natal yang pertama itu memiliki banyak kesamaan dan deskripsi historis tentang tempat-tempat serta adat kebiasaan yang spesifik. Apa mungkin kita bisa membuktikan kebenaran kisah Natal melalui arkeologi setelah lebih dari 2.000 tahun setelahnya? Saya yakin bisa.

1. Nazaret

Pada waktu usia kehamilan Elisabet berusia enam bulan, Allah mengutus malaikat Gabriel ke sebuah kota di wilayah Galilea, yang bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. (Lukas 1:26-27)

Gambar: Rumah courtyard abad ke-1 di Nazaret

Suatu keberatan yang lazim dikemukakan oleh orang-orang ateis adalah bahwa tidak ada kota bernama Nazaret pada abad pertama seperti yang dicatat oleh Alkitab. Hal ini disampaikan misalnya oleh René Salm dalam bukunya The Myth of Nazareth, The Invented Town of Jesus. Di dalamnya, dia berpendapat bahwa Nazaret tidak ada sampai abad ke-2, setelah Yesus dilahirkan.[2] Memang, selama bertahun-tahun, bukti arkeologis yang mendukung Nazaret pada abad pertama nyaris tidak ada.

Akan tetapi, seperti yang sering terjadi, penemuan-penemuan arkeologis pada tahun-tahun belakangan ini telah menguatkan catatan Alkitab dengan banyaknya penemuan dari abad pertama. Kuburan yang memiliki ruangan sekarang telah ditemukan di Nazaret, yang menunjukkan adanya orang Yahudi di sana pada abad pertama.[3] Lubang dan bak-bak penyimpanan dari zaman Yesus telah ditemukan.[4]

Baru-baru ini, dua “rumah pelataran” dari abad pertama ditemukan di Nazaret, salah satunya masih lengkap dengan jendela dan pintu-pintu yang utuh. Arkeolog yang memimpin dalam proyek ini, Dr. Ken Dark, menampilkan bukti tentang lokasi pemujaan jemaat Kristen mula-mula yang menunjukkan bahwa itu mungkin adalah rumah Yesus semasa kecil.[5] Tidak lagi diragukan kalau desa Nazaret itu memang ada ketika Alkitab mengatakan bahwa seorang malaikat menampakkan diri kepada gadis perawan bernama Maria untuk memberitahukan kepadanya tentang rencana Allah bagi dia dan Anaknya.

Pintu rumah abad ke-1 yang dipercaya sebagai rumah Yesus

2. Betlehem

Pada waktu itu, Kaisar Agustus mengeluarkan perintah agar diadakan sensus bagi semua penduduk di seluruh dunia. Inilah sensus penduduk yang pertama kali diadakan ketika Kirenius menjadi gubernur di Siria. Maka, semua orang kembali ke kota asal mereka masing-masing untuk mendaftarkan diri. Yusuf juga meninggalkan Nazaret, kota di Galilea, dan menuju Yudea, ke kota Daud yang disebut Betlehem, karena ia berasal dari garis keturunan Daud, .... (Lukas 2:1-4)

Gambar: Prasasti Quirinus

Ayat-ayat itu memunculkan banyak tulisan yang berusaha untuk mempertahankan keakuratan Lukas, sebab sebagian orang berpendapat bahwa tidak ada sensus yang dilakukan pada sekitar waktu kelahiran Kristus (tidak lama sebelum Raja Herodes mati), dan bahwa Kirenius bukan gubernur Yudea pada waktu itu. Sebagian besar masalahnya disebabkan oleh kesalahan Yosefus yang tersebar dalam naskah tulisan berikutnya, yakni menyatakan bahwa Herodes mati pada tahun 4 SM. Penyelidikan terbaru dari naskah tulisan Yosefus di British Library dan Library of Congress menunjukkan bahwa semua naskah (sejumlah 29) yang bertanggal sebelum tahun 1544 menunjukkan bahwa Herodes sebenarnya mati pada tahun 1 SM.[6] Dr. Andrew Steinmann, Profesor Kehormatan dalam bidang Teologi dan Bahasa Ibrani di Concordia University Chicago, menyatakan bahwa Raja Herodes sebetulnya meninggal kira-kira pada waktu gerhana bulan total, yaitu pada 10 Januari tahun 1 SM. Kelahiran Yesus terjadi pada sekitar pertengahan sampai akhir tahun 3 SM atau awal tahun 2 SM. Selain itu, catatan Roma menunjukkan bahwa Kirenius benar-benar adalah gubernur Yudea dan ada sensus sekekaisaran terjadi pada tahun 3 SM.[7]

Jadi, sebagai keturunan Daud, Yusuf meninggalkan Nazaret menuju kota nenek moyangnya, yaitu Betlehem, untuk didaftarkan pada sensus itu.

Beberapa tahun belakangan ini, sejumlah orang menyatakan bahwa Yusuf tidak pergi ke Betlehem di Yudea (175 km di selatan Nazaret), tetapi ke kota lain yang juga bernama Betlehem di Galilea (hanya 7 km sebelah barat Nazaret).[8] Namun, baik Matius maupun Lukas, jelas menyebutkan bahwa lokasi Betlehem sesungguhnya adalah di Yudea, karena Yusuf dan Maria sama-sama keturunan Daud. Apalagi, nubuat dalam Mikha 5:2 menyatakan bahwa “seorang yang memerintah Israel” akan bangkit dari Betlehem di Efrata yang merupakan wilayah suku Yehuda dalam Alkitab (yaitu sebelah selatan Betlehem di Yudea).

Bula Betlehem

Ada yang menyatakan bahwa hanya sedikit bukti arkeologis yang ada tentang Betlehem di Yudea sejak zaman Yesus. Memang benar, dahulu kurang terdapat materi dari kebudayaan Betlehem abad pertama, tetapi penemuan akhir-akhir ini telah membungkam pernyataan tersebut. Pada Mei 2012, Israel Antiquities Authority mengumumkan penemuan sebuah bulla (cetakan segel tanah liat) yang menyebut nama Betlehem dan terdapat pada dokumen pajak sebuah pelayaran dari Betlehem ke dekat Yerusalem. Bulla itu berasal dari abad ke-7 atau ke-8 SM.[9] Ini merupakan bukti tertua selain Alkitab yang merujuk pada kota Betlehem. Kita juga tahu bahwa ada sebuah desa di sana pada zaman Konstantin, yakni abad ke-4 M. Fakta bahwa desa Betlehem sudah ada 700 tahun sebelum Yesus dan 300 tahun setelahnya menunjukkan bahwa Betlehem sudah ada di sana pada zaman Yesus juga. Lagi pula, dalam penggalian yang dipimpin oleh Shimon Gibson belakangan ini, di sebelah Church of the Nativity ditemukan potongan barang pecah belah dari tanah liat dan bukti lain yang menunjukkan keberadaan desa Betlehem pada zaman kelahiran Yesus.[10] Realitasnya menunjukkan bahwa tempat itu kemungkinan adalah desa kecil yang kelihatannya tidak terkemuka pada abad pertama. Hal ini tentu selaras dengan cara Juru Selamat kita yang sederhana datang ke dunia.

3. Kandang

Ketika Yusuf dan Maria berada di Betlehem, tibalah waktunya bagi Maria untuk melahirkan. Maria pun melahirkan Anak laki-lakinya yang pertama. Ia membungkus-Nya dengan kain lampin dan membaringkan-Nya di dalam palungan karena tidak ada kamar bagi mereka untuk menginap. (Lukas 2:6-7)

Rumah abad ke-1 yang direkonstruksi ulang

Setiap tahun, para turis yang berdatangan ke Betlehem pergi ke Church of the Nativity yang diperkirakan sebagai tempat kelahiran Yesus. Tempat itu dibangun pada tahun 326 di atas gua yang diyakini sebagai kandang tempat Kristus dilahirkan. Meskipun ada tradisi kuno di sana yang menyebutkan tentang sebuah gua (Justin Martyr pada abad kedua), kitab Injil tak pernah mencatat adanya gua, bahkan kandang.

Satu-satunya petunjuk yang diberikan oleh Lukas berkenaan dengan tempat kelahiran Yesus adalah palungan, dan bahwa tidak ada kamar untuk menginap. Karena ada palungan, banyak orang berasumsi bahwa tempat itu berada di dalam kandang di belakang sebuah penginapan. Dalam pemikiran dunia barat modern, muncullah gambaran tentang gudang lama di belakang Motel 6. Namun, catatan kitab Injil tidak menyebutkan kandang, bahkan kata “penginapan” tidak benar-benar berarti “motel”. Arkeolog (yang sebelumnya adalah Pendeta) bernama Gary Byers menunjukkan bahwa kata yang dipakai Lukas dan diterjemahkan sebagai “penginapan” adalah kata Yunani kataluma, yang hanya digunakan pada satu catatan lain dalam Perjanjian Baru -- kisah Perjamuan Malam Terakhir di kataluma (ruangan atas/kamar tamu).[11] Seandainya yang dimaksud Lukas adalah tidak adanya ruangan yang tersedia di “motel”, kemungkinan besar dia akan menggunakan kata Yunani yang lain -- pandocheion -- seperti yang dipakainya dalam kisah Orang Samaria yang Baik Hati yang membawa orang terluka ke “penginapan”, dan di situ juga ada pemilik penginapan, yaitu pandocheus (lihat Lukas 10:34). Pada zaman Yesus, rumah-rumah biasanya memiliki ruangan atas atau kamar untuk tamu. Dengan dilaksanakannya sensus, sudah pasti banyak anggota keluarga yang kembali dan kamar tamu sepertinya penuh dengan banyak anggota keluarga.

Ruang kandang kuda dalam rumah abad ke-1 di Khirbet el-Maqatir

Selain itu, pada abad pertama, palungan banyak terdapat di dalam tempat tinggal orang. Palungan permanen yang terbuat dari batu pahat telah ditemukan oleh para arkeolog di lantai-lantai rumah dari zaman Alkitab.[12] Di Khorazim dan Kapernaum, ada juga puing-puing bekas ruang kandang di dalam rumah, yaitu di lantai dasar, dengan “tembok berjendela” -- tembok dengan area penyimpanan berbentuk kotak (bayangkan lubang persegi) tempat menaruh hewan-hewan, misalnya domba yang menyusui.[13] Sering kali, binatang-binatang yang masih kecil atau mahal (seperti anak sapi gemukan) dipelihara di ruangan kandang ini di dalam rumah, tempat mereka akan aman. Terkadang, rumah-rumah pada abad pertama dibangun di sebelah gua yang dijadikan kandang, yang sebenarnya merupakan bagian dari struktur lantai bawah tanah rumah itu.

Jadi, gambaran yang muncul bukanlah seorang perempuan sedang mengandung yang ditolak sehingga terpaksa melahirkan di gudang belakang di luar sana, melainkan Maria dan Yusuf yang tinggal di ruangan penyimpanan bawah tanah dari rumah sanak saudara karena kamar tamu di lantai atas sudah ditempati.

4. Para Gembala

Di daerah yang sama, ada beberapa gembala yang tinggal di padang untuk menjaga kawanan domba mereka pada waktu malam. Tiba-tiba, malaikat Tuhan berdiri di depan mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar di sekeliling mereka sehingga mereka sangat ketakutan. Akan tetapi, malaikat itu berkata kepada mereka, “Jangan takut sebab dengarlah, Aku memberitakan kepadamu kabar baik tentang sukacita besar yang diperuntukkan bagi semua bangsa.” (Lukas 2:8-10)

Para gembala menemui Bayi Yesus

Di sebelah utara Betlehem, ada sebuah tempat bernama Migdal Eder, yang artinya “menara kawanan”. Meskipun lokasi persisnya tidak diketahui secara pasti pada hari ini, biasanya tempat itu digunakan oleh sejumlah gembala untuk menggembalakan kawanan domba yang khusus menjadi persembahan di Bait Suci. Hal itu disebutkan dalam Mikha 4:8 sebagai “menara kawanan domba”. Menariknya, istilah itu muncul hanya beberapa ayat sebelum nubuat Mikha tentang Mesias yang dilahirkan di Betlehem (lihat Mikha 5:8). Afred Edersheim, dalam The Life and Times of Jesus the Messiah, menjelaskannya sebagai berikut:

“Migdal Eder ini bukan menara untuk kawanan domba biasa yang digembalakan di lahan domba yang tandus di luar Betlehem, tetapi terletak di dekat kota, di jalan menuju Yerusalem.

Suatu bacaan dalam kitab Mishna membawa kita pada kesimpulan bahwa ternak yang digembalakan di sana dimaksudkan untuk kurban persembahan Bait Suci, dan karena itu, para gembala yang mengawasi mereka juga bukan gembala biasa.

Menurut aturan Rabinisme, gembala biasa dilarang (berada di sekitar situ), mereka terisolasi dari peraturan agama, dan cara hidupnya membuat mereka hampir tidak mungkin bisa menaati hukum Taurat dengan ketat, atau bahkan mustahil sama sekali.

Bacaan Mishna tadi juga membuat kita menduga bahwa kawanan domba ini digembalakan sepanjang tahun, karena dikatakan bahwa mereka berada di padang selama 30 hari sebelum Paskah, yaitu pada Februari, saat rata-rata curah hujan di Palestina (Israel) paling lebat.”[14]

Tidak ada cara untuk mengetahui dengan pasti bahwa di situlah persisnya para gembala mengawasi kawanan domba mereka. Menariknya, ada sekelompok gembala di dekat Betlehem yang menjaga domba-domba Paskah yang dikhususkan untuk menjadi kurban persembahan di Yerusalem pada malam hari saat Yesus lahir. Cukup masuk akal bahwa malaikat membawa kabar baik kesukaan tentang lahirnya Anak Domba Paskah yang terakhir (lihat 1 Korintus 5:7).

5. Penyerahan di Bait Suci

Ketika hari-hari penyucian sesuai hukum Musa telah usai, Maria dan Yusuf membawa Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti yang tertulis dalam hukum Tuhan, “Setiap anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Tuhan dan untuk memberikan persembahan sesuai dengan apa yang dikatakan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung dara atau dua ekor burung merpati muda.” (Lukas 2:22-23)

Pada bagian ini, kita mempelajari tiga hal tentang Yesus. Kita tahu bahwa orang tua-Nya adalah orang Yahudi yang taat dan mematuhi Hukum Taurat dengan sungguh; mereka datang untuk menyerahkan anak mereka kepada Tuhan dan memberi persembahan. Kita tahu bahwa Yesus lahir dalam keluarga miskin karena korban bakaran seharusnya berupa domba berumur setahun (lihat Imamat 12:6). Hanya jika orang yang bersangkutan tidak mampu, ia boleh mempersembahkan sepasang burung merpati, seperti yang dilakukan oleh Maria. Terakhir, kita tahu bahwa Yesus melakukan perjalanan pertama-Nya ke Bait Suci di Yerusalem, Bait Suci yang sama tempat Dia kelak sering ada di sana semasa hidup-Nya. Bahkan, di pelataran Bait Suci inilah, Simeon tua memuji Allah karena diperkenankan melihat Juru Selamat yang dijanjikan (2:27).

Hari ini, para turis yang datang ke Temple Mount masih bisa melihat reruntuhan Bait Suci dari zaman Yesus. Southern Steps adalah anak-anak tangga yang pernah dilalui oleh orang tua Yesus ketika berjalan memasuki Bait Suci, karena itu adalah satu-satunya jalan masuk ke Bait Suci dan menghadap ke selatan Betlehem, tempat dari sana mereka kemudian melakukan perjalanan mereka. Jalanan abad pertama ditemukan pada pertengahan tahun 1990-an, dan jelas dibangun beberapa dekade sebelum kehancuran Bait Suci pada tahun 70 M.[15] Banyak sekali contoh batu-batu raksasa dari renovasi Herodes untuk kompleks Bait Suci yang dapat dilihat hari ini di sekitar Temple Mount. Bait Suci Herodes, dikenal sebagai Bait Suci Kedua, adalah tempat sepasang orang tua dengan gentar membawa Putra mereka, Bayi Kristus, untuk diserahkan.

Tangga selatan di Kuil Gunung di Yerusalem

6. Orang Majus, Raja Herodes, dan Raja Yesus

Sekarang, setelah Yesus lahir di Betlehem, di Yudea, pada zaman Raja Herodes, lihatlah, orang-orang Majus dari timur datang ke Yerusalem. Mereka bertanya, “Di manakah Ia, yang dilahirkan, Raja orang Yahudi itu? Sebab, kami telah melihat bintang-Nya di timur dan kami datang untuk menyembah-Nya.” (Matius 2:1-2)

Siapakah orang-orang Majus ini, yang diterjemahkan sebagai “orang-orang bijaksana” dalam Alkitab versi King James? Sebagian orang berpendapat bahwa mereka adalah raja, ahli astrologi Babel, penganut agama Zoroastrianisme dari Persia, atau ahli kebatinan seperti biarawan yang berasal dari negeri jauh seperti China.[16] Kata Yunani yang dipakai oleh Matius adalah Magoi, bentuk plural dari Magos atau Magus. Thayer’s Greek Dictionary mendefinisikan Magus sebagai “nama yang diberikan oleh bangsa Babel (Kasdim), Mede, Persia, dan lainnya, kepada orang-orang bijaksana, guru, imam, dokter, ahli astrologi, peramal, penafsir mimpi, tukang ramal, tukang tenung, tukang sihir dll.”.[17] Kata yang sama juga digunakan untuk menyebut Elimas, tukang sihir atau tukang tenung dalam Kisah Para Rasul 13:6. Orang Majus yang mengunjungi Yesus pasti telah mempelajari Kitab Suci Ibrani dan memperhatikan beberapa nubuat:

“Sebuah bintang akan datang dari Yakub. Tongkat kerajaan akan bangkit dari orang Israel.” (Bilangan 24:17)

“Akan tetapi kamu, hai Betlehem Efrata, kamu yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, darimu akan bangkit bagi-Ku seseorang yang memerintah Israel, yang permulaannya sejak purbakala, semenjak dahulu kala.” (Mikha 5:2)

Bahkan, mereka mungkin telah mengetahui dari nubuat Daniel (9:25-26) bahwa waktu kedatangan Mesias sudah dekat. Ketika mereka melihat bintang misterius di timur, mereka datang untuk menyembah Sang Raja yang baru lahir. Kedatangan mereka di Betlehem menyebabkan sedikit kegemparan.

Raja Herodes tidak suka mengetahui bahwa telah lahir ancaman bagi takhtanya. Herodes Agung terkenal sebagai tiran paranoid yang pernah membunuh tiga anaknya karena curiga bahwa mereka berencana melawan dirinya. Ketika Kaisar Agustus mendengar perihal kematian mereka, dikatakan bahwa ia menyindir, “Lebih baik menjadi babi Herodes daripada menjadi anaknya.”[18] Herodes yang kita ketahui dari sejarah adalah Herodes yang sama yang kita lihat di Alkitab: Seorang paranoid yang tidak akan berhenti mempertahankan genggaman kekuasaannya sekalipun harus membunuh anak-anaknya sendiri atau anak-anak penduduk di Betlehem dan sekitarnya (Matius 2:16).

Sisa istana Herodes di Yerusalem

Selain kejam, Herodes Agung juga seorang yang banyak membangun. Sejumlah besar gedung yang dibangunnya masih ada sampai hari ini. Pada tahun 1999, sejumlah arkeolog menggali di bawah Kishle, sebuah penjara era Ottoman di dekat Menara Daud, dan menemukan fondasi tembok istana Herodes di Yerusalem.[19] Matius mencatat bahwa Herodes diam-diam memanggil orang Majus untuk menanyai mereka secara pribadi tentang bintang itu (Matius 2:7). Kelihatannya, orang-orang Majus bertemu dengan raja yang kejam itu di istananya di Yerusalem.

Setelah meninggalkan Herodes, orang-orang Majus melanjutkan pencarian mereka untuk menyembah Sang Raja yang baru lahir. Tidak seperti yang digambarkan dalam sebagian besar kartu dan pernak-pernik Natal, yakni bahwa orang-orang bijak itu tiba pada malam kelahiran Yesus, mereka diperkirakan tiba sekitar dua tahun kemudian. Ketika orang Majus datang, Matius memakai kata Yunani paidon -- yang artinya anak kecil atau balita -- untuk menggambarkan Yesus, bukan kata “bayi”. Ingat, Herodes membunuh semua anak laki-laki berusia dua tahun ke bawah sesuai dengan informasi yang dia terima dari para Majus. Jadi, kemungkinan, yang dijumpai oleh para Majus itu dan yang menerima persembahan mereka adalah seorang balita bersama orang tuanya di Betlehem.

Kuil Petra di Yordania

Alkitab tidak menyebutkan berapa jumlah orang Majus yang datang untuk menyembah Yesus, hanya bahwa mereka membawa tiga persembahan untuk diberikan kepada Sang Raja yang baru lahir: emas, kemenyan, dan mur. Emas adalah logam mulia yang terdapat di Timur Tengah. Hawila (lihat Kejadian 2:12) dan Ofir (lihat 1 Raja-Raja 9:28; 10:11; 22:48) adalah dua tempat yang terkenal dengan emas mereka pada zaman Alkitab. Kemenyan adalah parfum atau dupa. Orang-orang Nabath memonopoli perdagangan kemenyan[20] dan menimbun kekayaan berlimpah dari penjualan kemenyan dari Petra, kota dari pahatan batu.[21] Mungkin orang-orang Majus berhenti di Petra untuk membeli kemenyan yang mereka berikan kepada Yesus, atau setidaknya, kemenyan Nabath itulah yang diberikan. Mur biasa digunakan sebagai rempah urapan pada zaman itu. Ada standar untuk hadiah yang harus diberikan sebagai penghormatan kepada raja dan dewa pada zaman dahulu. Menurut catatan, ketiga-tiganya ada di antara hadiah yang diberikan oleh Raja Seleukus II Kallinikus di Kuil Miletus kepada Apollo pada 243 SM.[22]

7. Pelarian ke Mesir

Setelah orang-orang Majus itu pergi, lihatlah, malaikat Tuhan tampak kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata, “Bangunlah, bawa Anak itu bersama ibu-Nya dan larilah ke Mesir. Tinggallah di sana sampai Aku berbicara kepadamu karena Herodes ingin mencari Anak itu untuk membinasakan-Nya.” Kemudian, Yusuf bangun dan membawa Anak itu dengan ibu-Nya pada waktu malam untuk pergi jauh ke Mesir, dan tinggal di sana sampai Herodes mati supaya digenapilah yang difirmankan Tuhan melalui nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku” (Matius 2:13-15).

Perjalanan Maria dan Yusuf ke Mesir

Bagian dari kisah Natal yang sering terlupakan adalah keluarga Yesus yang melarikan diri ke Mesir segera setelah orang-orang Majus pergi. Meski mustahil untuk mengetahui ke mana pastinya Yusuf membawa keluarganya di Mesir, sepertinya mereka menetap di dekat Heliopolis. Ada banyak masyarakat Yahudi yang tinggal di Mesir dekat Heliopolis pada waktu itu karena dekat dengan Kuil Onias.[23] Kuil Onias ada pada periode Roma dan Helenistik, dibangun di Mesir untuk ibadah dan persembahan orang Yahudi. Alih-alih dipandang sesat karena memberikan kurban persembahan di kuil ini, Jewish Virtual Library menyatakan:

“Kitab Talmud tidak berpandangan keras mengenai kuil ini. Dikatakan bahwa bangunan itu bukan suatu ‘tempat suci penyembahan berhala' karena Onias didasarkan pada Yesaya 19:18 yang menyatakan, ‘Pada waktu itu akan ada satu mazbah bagi Tuhan di tengah-tengah tanah Mesir,’ dan karena dia adalah imam Zadokit yang sah, keturunan imam tinggi Simon yang Adil (lihat Men. 109b). Mishna mengatakan bahwa beberapa sumpah yang dibuat di Kuil Yerusalem bisa ditebus di Kuil Onias, dan jika seorang imam yang melayani di Onias berhalangan melayani di Yerusalem, dia bisa saja makan teruma (makanan yang dipersembahkan) di sana bersama dengan saudara-saudara imamnya (lihat Men. 13:10).”[24]

Yusuf dan Maria taat dalam kepercayaan Yahudi mereka dan pasti akan mencari tempat untuk bersekutu dengan orang-orang yang berasal dari keturunan yang sama dan seiman. Betapa luar biasa bahwa bahkan dalam detail yang kecil ini, kita menemukan bukti tak terbantahkan mengenai tempat tujuan keluarga suci ini di Mesir, yang tercatat dalam sumber-sumber tulisan kuno.

Kesimpulan

Penggambaran kisah Natal dalam Alkitab memiliki landasan sejarah. Banyak orang dan tempat yang disebutkan telah terbukti melalui arkeologi. Bahkan, beberapa rincian dalam catatan kelahiran Yesus terbukti akurat. Selain itu, dari tulisan-tulisan ahli sejarah kuno lainnya, seperti: Tacitus, Pliny The Younger, Suetonius, dan Josephus, juga Talmud Yahudi kuno, kita tahu bahwa Yesus dari Nazaret memang ada, Dia tinggal di tempat dan pada waktu yang sesuai dengan yang dikatakan oleh Alkitab, dan banyak orang pada abad pertama meyakini bahwa Dia adalah Mesias, Juru Selamat dunia yang telah lama dinanti-nantikan.[25]

Tentu saja, semua itu tidak “membuktikan bahwa Alkitab itu benar”. Semua itu hanya menunjukkan bahwa Alkitab secara historis dapat dipercaya dalam ceritanya tentang kehidupan dan zaman Yesus orang Nazaret. Saya hendak mengatakan bahwa artinya, kita juga bisa memercayai bahwa perkataan-perkataan Yesus yang disampaikan dalam kitab-kitab Injil adalah catatan yang tepat dari apa yang benar-benar diucapkan-Nya. Yang paling terkenal adalah perkataan yang diucapkan Yesus pada suatu malam kepada seorang pemimpin Yahudi yang taat:

“Karena Allah sangat mengasihi dunia ini, Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal. Karena Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui Anak-Nya. Orang yang percaya kepada-Nya tidak akan dihukum, tetapi orang yang tidak percaya sudah berada di bawah hukuman karena ia tidak percaya pada nama Anak Tunggal Allah.” (Yohanes 3:16-18).

Pada akhirnya, imanlah yang menjadi penentu. Kita hidup di dalam dunia yang mencari “bukti melampaui bayang-bayang keraguan”, tetapi Yesus berkata, “Percayalah.” Kepada orang-orang yang putus asa mencari kasih di semua tempat yang salah, Yesus memberikan diri-Nya sendiri sebagai pernyataan tertinggi akan kasih Allah. Kepada orang yang terhukum dan akan mati, Yesus menjanjikan bahwa ada hidup yang kekal dan damai sejahtera dengan Allah melalui diri-Nya. Ini sungguh-sungguh merupakan kabar baik tentang kesukaan besar bagi semua bangsa yang dikumandangkan oleh malaikat Tuhan saat Natal pertama: “Telah lahir bagimu seorang Juru selamat; Dia adalah Kristus Tuhan.” (t/Jing-Jing)

Catatan kaki:

  1. Para ahli percaya bahwa Injil Matius ditulis antara tahun 50 -- 70 M dan catatan Lukas ditulis sekitar tahun 63 M. Ini adalah masa ketika banyak orang yang mengenal Yesus masih hidup. Yudas, saudara tiri Yesus, sepertinya menulis suratnya antara tahun 67 dan 80 M, dan masih hidup ketika Matius dan Lukas menulis. Petrus belum mati sebagai martir karena imannya sampai tahun 64 -- 68 M, dan dengan demikian masih hidup ketika setidaknya Injil Lukas ditulis. Sejarah gereja menyebutkan bahwa Maria tinggal bersama dengan Yohanes, seperti yang diminta Yesus dari atas kayu salib (lihat Yohanes 19:26), dan tinggal di dekat Efesus pada masa tua mereka, tempat Maria dikuburkan (Eusebius, Hist. Eccl., III, 31; V, 24, P.G., XX, 280, 493). Jadi, Maria mungkin masih hidup ketika kedua Injil tersebut ditulis.
  2. http://www.nazarethmyth.info/
  3. http://www.patheos.com/blogs/religionprof/2013/06/nazareth-in-the-first-century.html
  4. http://www.bible-archaeology.info/nazareth.htm
  5. http://www.biblicalarchaeology.org/daily/biblical-sites-places/biblical-archaeology-sites/has-the-childhood-home-of-jesus-been-found/
  6. Gerald Culley, “The Star of Bethlehem” Bible and Spade (29.3, 2016), pg. 82.
  7. http://www.biblearchaeology.org/post/2012/07/12/Book-Review-From-Abraham-to-Paul-A-Biblical-Chronology-Part-II.aspx
  8. http://www.timesofisrael.com/was-jesus-born-in-a-different-bethlehem/
  9. http://www.antiquities.org.il/article_eng.aspx?sec_id=25&subj_id=240&id=1938&module_id=#as
  10. http://sourceflix.com/born-in-bethlehem/
  11. Gary Byers, “Away In A Manger, But Not In A Barn,” Bible and Spade (29.1, 2016), pg. 8.
  12. Ibid, pg. 7
  13. http://www.ritmeyer.com/2014/12/14/bethlehem-the-inn-and-the-manger/
  14. Afred Edersheim, The Life and Times of Jesus The Messiah, Longman, Green, and Co. London. 1883. p186-187
  15. http://www.bibleplaces.com/southerntm/
  16. http://www.biblicalarchaeology.org/daily/people-cultures-in-the-bible/jesus-historical-jesus/bible-scholar-brent-landau-asks-
  17. http://biblehub.com/greek/3097.htm
  18. Macrobius, Saturnalia, 2:4:11. Quoted online: http://www.catholic.com/blog/jimmy-akin/it-is-better-to-be-herods-pig-than-son
  19. http://www.biblicalarchaeology.org/daily/biblical-sites-places/biblical-archaeology-places/herods-jerusalem-palace-trial-of-jesus/
  20. Dr. Scott Stripling (personal communication, Dec. 3, 2016)
  21. http://nabataea.net/intro.html
  22. http://www.biblicalarchaeology.org/daily/people-cultures-in-the-bible/jesus-historical-jesus/why-did-the-magi-bring-gold-frankincense-and-myrrh/
  23. http://www.biblestudytools.com/classics/andrews-the-life-of-our-lord-upon-the-earth/part-i/jesus-in-egypt.html
  24. https://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/judaica/ejud_0002_0015_0_15110.html
  25. http://coldcasechristianity.com/2014/is-there-any-evidence-for-jesus-outside-the-bible/
Diterjemahkan dari:
Nama situs : BryanWindle.com
URL : https://bryanwindle.wordpress.com/2016/12/15/the-archaeology-of-christmas/
Judul asli artikel : The Epidemic of Bible ІThe Archaeology of Christmas
Penulis artikel : Ed Stetzer
Tanggal akses : 26 Oktober 2018