Skip to main content

Apakah Alkitab Mengandung Mitos?

Alkitab berisi banyak kisah hebat tentang pekerjaan ajaib Allah. Dalam Kitab Suci, kita melihat mukjizat besar pembebasan Allah bagi umat-Nya. Kita melihat Tuhan menyelamatkan umat Israel dengan membelah Laut Merah, membiarkan mereka berjalan melewatinya di daratan yang kering (Kel. 14). Kita melihat Allah menyatakan keilahian-Nya di hadapan Elia dan para nabi Baal dengan menurunkan api dari surga (1Raj. 18). Kita melihat Allah mengirimkan seekor ikan besar untuk menelan Yunus selama tiga hari tiga malam sebelum memuntahkannya kembali (Yun. 1-4). Akan tetapi, yang paling penting dari semuanya, kita melihat pelayanan yang ajaib dari Yesus Kristus, Anak Allah. Pelayanan ini memuncak dalam kebangkitan-Nya yang mulia dari kematian yang diikuti dengan kenaikan-Nya ke surga di sebelah kanan Bapa. Mukjizat Kitab Suci adalah karya Allah dalam penebusan-Nya atas umat-Nya. Melalui mukjizat-Nya, Dia membawa umat-Nya kepada keselamatan.

Mukjizat Kitab Suci juga mencakup banyak peristiwa aneh dan unik yang sangat berbeda dari pengalaman normal kita. Dalam kisah penciptaan pada Kejadian 1-3, seekor ular berbicara, menuntun Adam dan Hawa ke dalam dosa melawan Allah. Kita juga membaca tentang seekor keledai yang berbicara (Bil. 22), kepala kapak melayang (2Raj. 6), anak laki-laki yang membunuh raksasa (1Sam. 17), tulah yang dikirim ke Mesir (Kel. 7-12), dan Allah yang secara ajaib campur tangan untuk menghentikan Abraham mengorbankan anaknya (Kej. 22). Semua ini adalah peristiwa supernatural yang unik dan dramatis, tidak seperti hal apa pun yang tercatat di tempat lain. Dalam kisah-kisah ini, kita melihat kehadiran nyata dari dunia supranatural, di mana Allah, malaikat, dan iblis aktif dalam kehidupan umat Allah. Setiap peristiwa ini penting diketahui untuk memahami kisah penebusan ketika Allah bekerja untuk membebaskan umat-Nya dari dosa serta dampaknya.

Namun, banyak yang telah melihat mukjizat dan kejadian unik ini dalam Kitab Suci dan mengklaim bahwa itu tidaklah mungkin benar. Para ahli Perjanjian Lama Liberal seperti Peter Enns, Walter Bruggemann, dan Gerhard von Rad telah mengklaim cerita-cerita ini merupakan "mitos", "mitopoetik", atau "mitopoeik". Ini berarti bahwa peristiwa-peristiwa itu adalah kisah yang tercampur dengan kebenaran dan dusta yang dimaksudkan untuk mengajarkan Israel bahwa Allah adalah Allah yang menyelamatkan. Para sarjana liberal mengklaim bahwa banyak cerita dalam Alkitab mirip dengan mitos kuno lainnya, seperti cerita di Timur Dekat kuno. Mereka telah mengklaim bahwa kisah-kisah dalam Alkitab memang tidak lebih dari mitos, dan berada pada level yang sama dengan kisah-kisah fantastis dari bangsa-bangsa sekitarnya.

Kenyataannya adalah bahwa perspektif para sarjana ini sebagian besar telah ditentukan sebelumnya, bahkan sebelum mereka sampai pada teks Kitab Suci. Sebelum mereka membaca Alkitab, mereka telah sampai pada asumsi bahwa mukjizat itu mustahil. Yang lain, seperti filsuf David Hume, mendasarkan ketidakpercayaannya akan keajaiban pada pengalaman pribadinya. Oleh karena dia tidak pernah menyaksikan atau mengalami mukjizat, dan tidak ada seorang pun yang dia kenal pernah mengalami mukjizat, dia berasumsi bahwa mukjizat tidak mungkin benar. Dalam kedua kasus ini, keputusan dibuat untuk mengecualikan kemungkinan terjadinya mukjizat, bahkan sebelum seseorang sampai pada teks Kitab Suci.

Pada kenyataannya, kisah-kisah Kitab Suci sama sekali bukanlah mitos. Itu adalah kisah yang diilhami secara ilahi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ketika Alkitab mengatakan bahwa seekor ular berbicara, itu berarti seekor ular benar-benar berbicara. Ketika Alkitab mengatakan bahwa Allah membelah Laut Merah, itulah yang sebenarnya terjadi. Ini bukan mitos atau fabel. Allah telah memberikan kisah-kisah ini sebagai catatan sejarah tentang tindakan penebusan-Nya. Dan, karena itu berasal dari Allah, kita harus mengakui bahwa hal-hal itu memiliki validitas melekat yang tidak dimiliki oleh mitos bangsa-bangsa di sekitarnya. Daripada melihat Alkitab berdasarkan konteks mitos kafir, kita harus memahami bahwa kisah-kisah Kitab Suci adalah kebenaran yang membuat semua mitos menjadi tiruan yang buruk.

Semua Kitab Suci diberikan melalui napas Tuhan. Itu adalah firman Allah yang diilhami. Dan, dengan demikian, itu tanpa kesalahan dan sempurna.

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Kita mengakui, tentu saja, bahwa Allah mengilhami berbagai genre dalam Kitab Suci, termasuk puisi, sejarah, sastra hikmat, dan nubuat. Kadang-kadang, Dia menggunakan bahasa puitis dan metaforis. Mazmur 18, misalnya, berbicara tentang " dasar-dasar gunung" yang diguncang oleh "Asap naik dari lubang hidung-Nya." Ini jelas tidak berarti bahwa Allah memiliki hidung fisik. Ini mengacu pada murka Allah terhadap orang-orang yang menyakiti umat-Nya. Akan tetapi, hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa kitab-kitab puisi didefinisikan dengan sangat jelas, sebagaimana kitab-kitab sejarah. Ketika kita melihat mukjizat dalam Kitab Suci, itu disajikan sebagai peristiwa sejarah nyata, dan dengan demikian harus dipahami sebagai hal yang benar-benar terjadi. Kadang-kadang, bahkan bahasa puitis terpenuhi secara harfiah, seperti dalam Mazmur 22, di mana kematian Kristus digambarkan: "mereka menusuk tangan dan kakiku." (Mzm. 22:16, AYT) dan "Mereka membagi-bagikan pakaianku di antara mereka, dan membuang undi atas jubahku." (Mzm. 22:18, AYT).

Kitab Suci diilhami, tidak dapat salah, dan tidak mungkin salah. Rasul Paulus menulis dalam 2 Timotius 3:16, "Semua Kitab Suci dinapasi oleh Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik dalam kebenaran." (AYT). Semua Kitab Suci diberikan melalui napas Tuhan. Itu adalah firman Allah yang diilhami. Dan, dengan demikian, itu tanpa kesalahan dan sempurna. Yesus menyatakan dalam Yohanes 10:35 (AYT) "Kitab Suci tidak bisa dibatalkan." Ini berarti bahwa Alkitab tidak pernah bisa dianggap salah atau tidak benar dengan cara apa pun.

Lebih jauh lagi, Yesus sendiri menyebutkan beberapa kisah Perjanjian Lama dengan referensi langsung ke keterangan sejarahnya. Dalam Matius 12:40, Dia merujuk Yunus yang berada di dalam perut ikan besar untuk menunjukkan cara di mana Dia akan dikuburkan dan bangkit kembali dari kubur. Dalam Markus 12:26, Yesus berbicara tentang cara Allah berbicara kepada Musa dari semak yang terbakar. Dalam masing-masing peristiwa tersebut, Yesus merujuk peristiwa-peristiwa ajaib Perjanjian Lama dengan cara historis yang lugas.

Poin yang harus kita ambil dari sini adalah bahwa semua yang kita baca dalam Kitab Suci adalah benar. Tidak peduli betapa berbedanya itu dari pengalaman kita sendiri atau betapa fantastisnya hal itu bagi kita. Alkitab adalah firman Allah yang kudus dan dengan demikian benar. Alkitab tidak mengandung mitos. Sebaliknya, Alkitab adalah sejarah mulia dari karya penebusan dan mukjizat Allah dalam keselamatan umat-Nya melalui Kristus. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Ligonier
Alamat situs : https://ligonier.org/learn/articles/does-the-bible-contain-myths
Judul asli artikel : Does the Bible Contain Myths?
Penulis artikel : Christopher Cleveland