Hampir separuh abad lalu, para arkeolog menemukan sebuah gulungan kuno (En-Gedi) yang hangus dalam tabut sebuah sinagoge di pantai barat Laut Mati. Bongkahan perkamen yang lapuk itu tidak bisa dibuka atau dibaca. Para kurator tidak berbuat apa pun, kecuali merawatnya, dan berharap suatu saat teknologi baru akan muncul untuk membuat gulungan itu terbaca.
Baru-baru ini, sebuah teknologi baru disempurnakan oleh para ilmuwan komputer di Universitas Kentucky. Bekerja sama dengan para pakar Alkitab di Yerusalem, mereka menggunakan sebuah komputer (dan CT Scan) untuk menampilkan citra digital gulungan tersebut. Gulungan tersebut ternyata memiliki cuplikan yang identik dengan teks Masoret pada Alkitab Ibrani (teks Masoret: Kitab Tanakh orang Yahudi: Torah, Nevi'im, Ketuvim - Red.) dan dengan usianya yang 2000 tahun, merupakan contoh teks yang tertua.
Tulisan pada gulungan tersebut, yang ditampilkan ulang oleh komputer melalui citra digital, secara mengejutkan sangat jelas dan terbaca, kontras dengan lapisan luar gulungan yang sudah menghitam dan remuk. "Tidak pernah dalam bayangan kami akan bisa melakukan hal ini," kata Pnina Shor, Kepala Proyek Gulungan Laut Mati di Departemen Barang Antik Israel.
Para pakar mengatakan teknik baru yang luar biasa ini akan memungkinkan pembacaan gulungan-gulungan lain yang terlalu rapuh untuk dibuka. Isi gulungan itu, dua bab pertama dari kitab Imamat, memiliki huruf-huruf konsonan -- teks-teks Ibrani awal tidak mengandung huruf vokal -- yang identik dengan teks Masoret, versi resmi Alkitab bahasa Ibrani, dan yang sering digunakan sebagai dasar penerjemahan kitab Perjanjian Lama dalam Alkitab-Alkitab kaum Protestan.
Gulungan-gulungan Laut Mati, yang ditemukan di Qumran dan beberapa tempat di sekitar Laut Mati, memiliki versi konten yang lumayan mirip dengan teks Masoret, tetapi dengan banyak perbedaan kecil. Teks dalam gulungan yang ditemukan dalam situs penggalian En-Gedi di Israel beberapa dekade lalu ini tidak memiliki perbedaan sama sekali dengan teks Masoret, demikian menurut Emanuel Tov, seorang pakar gulungan Laut Mati di Universitas Ibrani di Yerusalem. "Kami tak pernah menemukan sesuatu yang semenarik ini," kata Dr. Tov. "Ini adalah bukti tertua mengenai bentuk asli teks pada abad pertengahan," katanya, merujuk pada teks Masoret.
Para pakar mengatakan bahwa metode baru ini memungkinkan untuk membaca gulungan-gulungan tua lainnya, termasuk beberapa gulungan Laut Mati dan sekitar 300 gulungan yang sudah lapuk dari Herculaneum, yang hancur oleh letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi. Tahun penulisan gulungan En-Gedi masih menjadi subjek perdebatan. Uji karbon mengindikasikan bahwa gulungan ini ditulis sekitar tahun 300 sM. Akan tetapi, gaya tulisan kunonya mengindikasikan bahwa teks ini ditulis menjelang tahun 100 sM. "Kita bisa mengasumsikan tahun penulisan gulungan ini" dari antara tahun 50 sM dan 100 sM, tulis Ada Yardeni, seorang pakar paleografi (studi tulisan tangan purba - Red.) dalam sebuah artikel pada jurnal Textus. Dr. Tov mengatakan ia "lebih cenderung berpendapat jika teks itu ditulis menjelang abad ke-1 M, berdasarkan paleografi."
Kesuksesan pembacaan teks tersebut dimungkinkan karena program perangkat lunak yang dikembangkan oleh W. Brent Seales, seorang ilmuwan komputer di Universitas Kentucky. Terinspirasi oleh harapan untuk bisa membaca gulungan-gulungan yang hangus dan tidak bisa dibuka yang ditemukan di Herculaneum, dekat kota Pompeii di Italia, Dr. Seales telah bekerja selama 13 tahun terakhir untuk menemukan cara membaca teks di dalam gulungan purba.
Metode-metode seperti CT scan dapat memindai gumpalan tinta di dalam sebuah gulungan yang hangus, tetapi rentetan huruf tetap tidak terbaca, kecuali apabila setiap huruf "dimunculkan" ke permukaan tempat huruf itu ditulis. Dr. Seales menyadari bahwa permukaan tulisan pada gulungan itu harus terlebih dahulu direkonstruksi ulang agar huruf-hurufnya dapat dikenali lagi.
Pada tahun 2009, ia berhasil memperbaiki struktur fisik lapisan-lapisan papirus yang sudah berkerut dari sebuah gulungan Herculaneum. Sejak saat itu, ia mengembangkan sebuah metode, yang disebut "virtual unwrapping", untuk memodelkan permukaan sebuah gulungan purba dalam tampilan grafis berupa jalinan segitiga-segitiga kecil. Tiap "segitiga" bisa diatur ukurannya dengan komputer hingga lapisan virtual mampu melingkupi dengan baik struktur bagian dalam gulungan, sebagaimana yang diungkapkan melalui metode pemindaian. Gumpalan tinta dicitrakan sesuai posisinya, dan komputer kemudian membentangkan citra 3-dimensi gulungan tersebut menjadi sebuah citra permukaan 2-dimensi.
Paket program perangkat lunak ini, yang disebut Volume Cartography, akan menjadi perangkat lunak "open source" ketika subsidi pemerintah untuk proyek Dr. Seales berakhir, katanya. Dr. Seales tertarik kepada gulungan En-Gedi melalui Dr. Shor. Seorang koleganya, Sefi Porat, yang membantu ekskavasi sinagog En-Gedi pada tahun 1970, saat itu tengah mempersiapkan publikasi akhir dari temuan-temuan tersebut. Ia (Dr. Seales) meminta Dr. Shor untuk memindai gulungan tersebut dan artifak-artifak lain sebagai bagian dari proyek membuat citra (digital) gulungan Laut Mati, dan menunjukkan kepadanya sebuah kotak penuh dengan bongkahan-bongkahan arang.
"Saya (Dr. Shor - Red.) berkata, "Tidak ada yang bisa kami lakukan karena sistem yang kami pakai tidak didesain untuk memindai bongkahan-bongkahan itu," katanya. Akan tetapi, karena ia (Dr. Seales) meminta Dr. Shor untuk memindai objek-objek lain untuk pemindaian beresolusi tinggi, ia (Dr. Shor) menyertakan salah satu bongkahan itu bersama dengan objek-objek lainnya (untuk dipindai). Dr. Shor memindai bongkahan itu dengan mesin tomografi yang terkomputerisasi (tomografi: teknik membentuk citra/gambar menggunakan gelombang elektromagnetik yang menembus suatu objek - Red.) berbasis X-ray, yang tersedia secara komersial, seperti yang digunakan untuk memindai jaringan biologis. Karena ia tahu pekerjaan Dr. Seales, ia mengirimkan hasil pemindaian itu kepadanya dan memintanya (Dr. Seales) untuk menganalisianya.
Keduanya terkejut ketika, setelah sejumlah perbaikan, sebuah citra (digital) muncul dengan tulisan yang jelas dan dapat terbaca. "Kami terkejut dengan kualitas citra tersebut -- sebagian besar teks bisa dibaca sejelas gulungan-gulungan Laut Mati yang terpelihara itu," kata Michael Segal, seorang pakar Alkitab di Universitas Ibrani di Yerusalem, yang membantu analisis teks tersebut.
Konten gulungan En-Gedi yang selamat itu, dua bab pertama dari Imamat, adalah bagian dari perincian berbagai aktivitas pengurbanan yang dilakukan pada era biblikal di kuil di Yerusalem. Walaupun proses identifikasi sejumlah teks pada artifak-artifak purba telah dilakukan sebelumnya, "manuskrip En-Gedi mewakili gulungan yang ditulis dengan tinta yang telah rusak, yang pertama kali bisa dibaca dan diidentifikasi tanpa merusak gulungan itu sendiri," tulis Dr. Seales dan kolega-koleganya pada jurnal Advances.
Richard Janko, seorang pakar karya klasik di Universitas Michigan, mengatakan bahwa gulungan-gulungan yang sudah lapuk dari Herculaneum merupakan satu bagian kecil dari sebuah perpustakaan besar di sebuah vila besar milik mertua Julius Caesar, Lucius Calpurnius Piso. Banyak dari vila itu masih belum diekskavasi, dan perpustakaannya memuat karya-karya yang hilang dari sastra Latin dan Yunani. Pembacaan atas satu gulungan saja dari Herculaneum menggunakan metode dari Dr. Seales akan mendorong ekskavasi sisa vila milik Piso, kata Dr. Janko. Baik Dr. Tov maupun Dr. Segal mengatakan bahwa para pakar bisa saja mengasumsikan manuskrip En-Gedi sebagai sebuah gulungan Laut Mati, khususnya jika indikasi tahun penulisannya, yaitu pada abad pertama, dapat dipastikan melalui paleografi. "Temuan saat itu (beberapa dekade lalu) belum menjelaskan apakah teks tersebut (manuskrip En-Gedi) adalah teks yang asli, hanya sebatas bahwa teks Masoret itu (manuskrip En-Gedi) adalah teks yang sangat kuno dalam setiap detailnya," kata Dr. Segal. "Dan, sekarang, kita memiliki bukti bahwa teks ini digunakan pada tahun-tahun paling awal oleh orang Yahudi di tanah Israel." (t/Aji)
[Video program pencitraan komputer untuk membuka dan membaca gulungan kuno.]
Diambil dan diterjemahkan dari:
Nama situs:The New York Times
Alamat situs:https://mobile.nytimes.com/2016/09/22/science/ancient-sea-scrolls-bible.html?referer=https://www.google.co.id/
Judul asli artikel::Modern Technology Unlocks Secrets of a Damaged
Penulis artikel:Nicholas Wade
Tanggal akses:4 Februari 2017
- Log in to post comments