Skip to main content

Wabah Buta Alkitab dalam Gereja Kita

Kapan terakhir kali Anda membaca sebuah buku? Menurut Pew Research, hampir seperempat orang menjawab lebih dari setahun yang lalu. Itu adalah tiga kali jumlah orang yang tidak membaca buku pada 1978. Di Amerika, kita memiliki masalah melek huruf. Namun, yang lebih memprihatinkan, kita memiliki masalah melek Alkitab. Orang-orang Amerika, termasuk yang pergi ke gereja, tidak membaca buku apa pun, bahkan Kitab Suci.

Statistik yang Menyedihkan

Orang Kristen mengaku percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah. Kita mengaku bahwa Alkitab diinspirasi oleh Allah, pesan yang tidak mungkin salah untuk kita. Meski demikian, kita tidak membacanya. Sebuah penelitian baru-baru ini oleh LifeWay Research mendapati bahwa hanya 45% dari orang yang teratur pergi ke gereja membaca Alkitab lebih dari sekali dalam satu minggu. Sebanyak 40% lebih membaca Alkitab sesekali, mungkin satu atau dua kali dalam sebulan. Hampir seperlima orang yang pergi ke gereja mengatakan bahwa mereka tidak pernah membaca Alkitab -- dan yang membacanya setiap hari juga kira-kira hanya seperlima.

Gambar: Alkitab

Kelompok kecil adalah kunci untuk memberantas dan mengubah wabah buta Alkitab.

Karena tidak membaca firman Allah, kita pun tidak tahu tentangnya. Untuk memahami dampaknya, kita bisa melihat statistik di negara Barat lain: Britania Raya. United Kingdom Bible Society melakukan survei terhadap anak-anak di Inggris dan mendapati banyak yang tidak mengenal cerita-cerita Alkitab yang umum. Ketika diberi daftar berisi cerita-cerita Alkitab, hampir sepertiga orang tidak tahu bahwa kisah kelahiran Kristus adalah bagian dari Alkitab dan lebih dari separuh (59%) tidak tahu bahwa cerita Yunus yang ditelan ikan besar ada dalam Alkitab.

Para orang tua di Inggris tidak lebih baik. Sekitar 30% orang tua tidak mengenal kisah Adam dan Hawa, Daud dan Goliat, atau Orang Samaria yang Baik Hati dalam Alkitab. Lebih parah lagi, 27% menyangka Superman adalah, atau barangkali termasuk dalam, cerita Alkitab. Lebih dari sepertiga memiliki pendapat yang sama tentang Harry Potter, dan lebih dari separuh (54%) mengira bahwa The Hunger Games mungkin adalah cerita Alkitab.

Namun, hal itu lebih dari sekadar tidak tahu cerita-cerita Kitab Suci. Kurangnya melek Alkitab membuat kita kurang mengenal ajaran Alkitab. LifeWay Research menemukan bahwa 67% orang Amerika percaya bahwa surga adalah tempat yang nyata, 45% percaya bahwa ada banyak cara untuk menuju ke sana -- termasuk 1 dari 5 orang Kristen Injili. Lebih dari separuh penginjil (59%) percaya bahwa Roh Kudus adalah kuasa, bukan suatu pribadi -- bertentangan dengan ajaran ortodoks Alkitab tentang Allah Tritunggal, satu Allah dengan tiga Pribadi. Secara keseluruhan, orang Amerika, termasuk banyak orang Kristen, memiliki pandangan yang tidak alkitabiah tentang neraka, dosa, keselamatan, Yesus, umat manusia, dan Alkitab itu sendiri.

Seharusnya, tidak ada alasan bagi orang yang hidup dalam Peradaban Barat, terutama orang Kristen, untuk tidak mengetahui atau membaca Alkitab. Sebanyak 9 dari 10 keluarga Amerika memiliki setidaknya satu Alkitab. Rata-rata orang Amerika -- Kristen ataupun bukan -- memiliki setidaknya 3 Alkitab. Teknologi juga telah membuat Alkitab tersedia di tangan Anda di mana pun Anda berada -- Anda bisa mengunduh Alkitab gratis di ponsel Anda.

Kontrasnya, sebagian besar orang Kristen ingin menjadi pengikut Kristus yang lebih dewasa. LifeWay Research menemukan bahwa 90% hadirin gereja “ingin menyenangkan dan menghormati Yesus dalam segala yang mereka lakukan. Hampir 60% setuju dengan pernyataan ini: Sepanjang hari, saya merenungkan kebenaran Alkitab. Yang mengejutkan, meski sebagian besar dari kita ingin menyenangkan Yesus, hanya sedikit yang menggunakan waktu untuk mempelajari Alkitab dan mencari tahu apakah kita benar-benar menerapkannya. Jelas ada ketidaksesuaian.

Cara Memberantas Tren Negatif Ini

Jadi, bagaimana supaya orang-orang mau mengeluarkan Alkitab dari rak buku mereka dan memasukkannya dalam kehidupan mereka? Penelitian yang kami lakukan menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa menghasilkan kemungkinan lebih tinggi agar seseorang menjalani hidup sesuai Alkitab. Dalam hal ini, artinya mereka mau mengizinkan Allah memimpin dan mengubah hidup mereka melalui firman-Nya. Berikut ini 8 ciri seseorang yang mengenal Alkitab:

  1. Mengakui dosa dan pelanggaran kepada Allah dan memohon pengampunan.
  2. Mengikut Yesus Kristus selama bertahun-tahun.
  3. Bersedia taat kepada Allah apa pun risikonya.
  4. Mendoakan status rohani orang-orang yang belum percaya.
  5. Membaca buku tentang peningkatan pertumbuhan rohani.
  6. Dimuridkan atau dibimbing secara pribadi oleh orang Kristen yang lebih dewasa rohani.
  7. Menghafal ayat-ayat Alkitab.
  8. Mengikuti kelompok kecil yang berfokus pada studi Alkitab.

Perhatikan faktor terakhir: kelompok kecil adalah kunci untuk memberantas dan mengubah wabah buta Alkitab. Penelitian kami menunjukkan bahwa saat orang Kristen meningkatkan keikutsertaan mereka dalam kelompok kecil, pengenalan Alkitab mereka juga meningkat.

Sebagai bagian dari penelitian untuk Transformational Groups yang saya tulis bersama Eric Geiger, kami melakukan survei kehidupan rohani sehari-hari dari kelompok pengunjung tetap dan yang bukan -- khususnya waktu yang mereka gunakan di luar gereja dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan gereja. Kami menemukan bahwa kelompok orang yang datang ke gereja tampaknya lebih teratur membaca Alkitab dibandingkan yang tidak ke gereja -- perbandingannya adalah 67% dan 27%. Ikut dalam kelompok kecil akan membuat seorang Kristen dua kali lebih banyak membaca firman Allah secara teratur.

Di atas semua itu, kami mendapati bahwa keikutsertaan dalam kelompok kecil membuat orang Kristen lebih sering berdoa bagi orang lain dan mengaku dosa kepada Allah -- keduanya merupakan petunjuk untuk menilai apakah seseorang menjalani hidup sesuai Alkitab. Jadi, tidak heran jika kami menarik kesimpulan sederhana: kelompok itu penting.

Seperti yang kami tulis dalam buku itu, "Secara supernatural, Allah menetapkan komunitas untuk menguduskan umat-Nya agar bertumbuh dalam Kristus. Panggilan pemuridan dan kedewasaan rohani adalah panggilan untuk komunitas yang alkitabiah". Apa pun sebutan yang Anda berikan untuk kelompok kecil dalam komunitas gereja Anda -- komsel, sekolah minggu, kelas pemuridan, persekutuan pendalaman Alkitab -- nilai kepentingannya sama. Mustahil untuk memuridkan tanpa adanya komunitas. Kelompok mungkin bukan satu-satunya tempat terjadinya perubahan, tetapi saya yakin bahwa kelompok adalah tempat yang utama.

Sebagian besar pendeta setuju bahwa kelompok itu penting bagi kehidupan gereja, tetapi ada ketidaksesuaian antara pernyataan bahwa hal itu penting dengan kenyataan yang terjadi dalam sebagian besar gereja. Penelitian kami mendapati bahwa 92% pendeta aliran Protestan meyakini bahwa jemaat mereka sedang mengalami kemajuan signifikan dalam perkembangan rohani mereka, tetapi lebih dari separuh (56%) mengakui bahwa mereka tidak secara teratur mengevaluasi pertumbuhan pribadi jemaatnya. Selain itu, kurang dari separuh (42%) mengatakan bahwa gereja mereka melakukan pendekatan “yang jelas” untuk pelayanan kelompok. Tanpa rencana yang jelas untuk kelompok kecil, jemaat Anda melewatkan alat perubahan dan pertumbuhan dari Tuhan.

Kelompok yang Mengubahkan

Jadi, kelompok kecil seperti apa yang Anda butuhkan dalam gereja? Berbagai macam kelompok bisa dilaksanakan, tetapi ada aspek-aspek tertentu yang menghasilkan perubahan hidup. Berikut ini 4 aspek yang penting dalam kelompok kecil:

  1. Menghubungkan: kelompok kecil menghubungkan orang-orang dalam relasi. Menurut William Hendricks dalam Exit Interviews, satu alasan umum dari orang-orang yang meninggalkan gereja adalah gagalnya hubungan dalam relasi. LifeWay Research juga mendapati bahwa seperlima pemuda dewasa yang meninggalkan gereja mengatakan bahwa mereka tidak merasa terhubung dengan orang-orang di gereja mereka. Kelompok kecil harus menyediakan lingkungan yang nyaman bagi orang-orang untuk saling terhubung.
  2. Memperanakkan: Dalam pertumbuhan manusia, pelipatgandaan membuat satu sel menjadi banyak sel sehingga memungkinkan terjadinya perubahan dan pertumbuhan. Demikian pula, agar pertumbuhan bisa terjadi dalam gereja, kelompok harus terus bertumbuh dan berlipat ganda. Kelompok kecil harus berlipat ganda dan memperanakkan supaya semakin banyak orang bisa mengalaminya.
  3. Membaurkan: Kelompok kecil membuat anggotanya berbaur dalam pelayanan. Saat anggota kelompok kecil bertumbuh dalam persekutuan bersama, mereka akan siap untuk melayani dengan yang lain dan masuk dalam kesempatan pelayanan. Entah kelompok kecil itu melayani bersama atau menolong anggota kelompoknya untuk menemukan pelayanan mereka sendiri, kelompok kecil harus mulai mendorong anggotanya ke dalam pelayanan di dalam maupun di luar gereja.
  4. Mengubahkan: Kelompok kecil memungkinkan setiap orang mengalami perubahan pribadi dengan lebih cepat dan lebih dalam melalui komunitas yang autentik. Dengan fokus pada studi Alkitab dan menerapkan kebenaran Alkitab dalam kehidupan, kelompok kecil menolong para anggotanya mengalami perubahan hidup yang nyata. Bagi simpatisan, kelompok kecil menyediakan tempat yang aman untuk mengajukan pertanyaan dalam komunitas orang-orang yang juga berjuang dan bergumul. Mereka menyediakan tempat yang aman bagi sesama orang Kristen untuk bergumul dengan isu-isu tentang iman dan menerapkan Firman Allah.

Kelompok kecil dengan empat karakteristik ini menghubungkan orang-orang dalam relasi yang sungguh pada lingkungan tempat Alkitab diajarkan, dibahas, dihargai, dan diterapkan. Mengumpulkan orang dalam persekutuan besar di gereja secara bersama-sama adalah hal yang amat baik, tetapi membuat mereka terlibat dalam kelompok yang karib adalah lebih baik. Kita harus menggerakkan orang-orang untuk lebih dari sekadar duduk di bangku-bangku gereja, tetapi duduk melingkar dalam kelompok. Di sanalah, mereka menjadi orang yang dewasa dalam iman saat mereka menghormati, menghargai, dan mendengar orang lain dalam komunitas yang ada bersama dengan mereka. Kebutaan Alkitab diberantas paling baik dalam kelompok kecil seperti itu -- entah mereka bertemu pada hari Minggu pagi di suatu kelas dalam gereja atau hari Selasa malam di ruang keluarga.

Akan tetapi, Anda memiliki waktu untuk mempelajari Alkitab. Apakah Anda memiliki waktu istirahat makan siang? Perjalanan dengan kereta api menuju tempat kerja? Setengah jam waktu ketika anak-anak Anda sedang berlatih sepak bola? Jendela-jendela kecil dari waktu-waktu semacam itu adalah kesempatan berharga untuk membuka aplikasi Alkitab atau mengikuti bacaan Kitab Suci Anda untuk hari itu.

Melalui kelompok, orang-orang terinspirasi untuk lebih banyak membaca Alkitab, bukan hanya karena kewajiban, tetapi karena mereka mengenal sukacita yang berasal dari hubungan pribadi dengan Allah melalui firman-Nya. Kelompok itu penting -- terutama mengenai seberapa baiknya kita membaca, mengetahui, dan menghidupi Alkitab. (t/Jing-jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Christianity Today
URL : https://www.christianitytoday.com/edstetzer/2015/july/epidemic-of-bible-illiteracy-in-our-churches.html
Judul asli artikel : The Epidemic of Bible Іlliteracy In Our Churches
Penulis artikel : Ed Stetzer
Tanggal akses : 7 Agustus 2018