Skip to main content

Mengapa Mempelajari Kitab 1 Korintus?

Relevansi dalam Momen Budaya Ini

Kesatuan gereja adalah salah satu karakteristik yang paling mencolok dan transformatif yang gereja tawarkan kepada dunia. Kesatuan ditunjukkan paling nyata dalam kasih. Yesus mengatakannya seperti ini dalam Yohanes 13 ketika Ia membasuh kaki murid-murid-Nya, "Satu perintah baru Aku berikan kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kalian, demikian kamu juga saling mengasihi. Dengan begitu, semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jika kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:34-35, AYT).

Akan mudah bagi saya untuk menggambarkan momen budaya yang saya tulis di artikel ini sebagai titik krisis bagi kesatuan Kristen. Ya. Akan tetapi, sejarah telah mengungkapkan bahwa setiap zaman adalah titik krisis, yang dimanifestasikan dengan cara yang unik di tempat dan zaman yang berbeda. Faktanya, surat 1 Korintus ditulis terutama karena krisis kesatuan di gereja Korintus abad pertama. Ada isu-isu khusus tentang pemuridan, kepercayaan, dan etika yang dibahas Paulus dalam surat ini, tetapi semuanya bermuara pada kekacauan perpecahan di antara orang-orang percaya. Prinsip-prinsip yang ditemukan dalam kitab ini tidak lekang oleh waktu, terlepas dari budaya, teknologi, dan situasi tertentu. Oleh karena itu, kitab ini cukup layak untuk kita telaah dan taati.

Perpecahan menjadi Kesatuan

Garis melodi, atau gagasan utama, dari sebuah kitab adalah target studi pertama (bila memungkinkan). Bagaimana sebuah kitab dimulai dan diakhiri, serta tema-tema yang diulang-ulang dalam isi kitab, sering kali merupakan sarana untuk memastikan garis melodi ini (1Kor. 1:10-17; 1Kor. 5-15). Orang menemukan masalah perpecahan pada awal surat. Kemudian, dalam isi suratnya, di mana Paulus membahas beberapa masalah etika yang sedang dihadapi gereja, perpecahan kembali menjadi benang merah. Surat itu diakhiri dengan pengungkapan yang sangat komprehensif tentang kebenaran kebangkitan, yang pada awalnya tampak tidak secara langsung terkait dengan kesatuan gereja, sampai Anda mulai melihat melalui sedikit lapisan-lapisannya dan menyadari bahwa kebangkitan bukan hanya sebuah doktrin yang harus dipercaya demi kepercayaan, tetapi gambaran kesatuan dengan Allah, kesatuan dengan tubuh sejati kita, dan kesatuan dengan gereja dalam status kekal (1Kor. 15). Kebangkitan menyediakan baik dasar untuk kesatuan dan harapan yang memberikan perspektif dan dorongan untuk mengupayakan kesatuan di antara saudara-saudara. Kesatuan adalah tujuan dari 1 Korintus.

Berakar dalam Kasih

Bagaimana kesatuan Kristen diungkapkan? Dengan kata lain, apakah kesatuan daging dan darah dengan orang percaya lainnya? Paulus mengakarkan teologi kesatuannya di dalam kasih. Satu Korintus 13 sering dianggap sebagai komentar Hallmark yang sentimental tentang kasih. Ini sering digunakan sebagai teks pernikahan. Satu Korintus 13 mungkin merupakan teks pernikahan yang bagus, tetapi mungkin untuk alasan yang tidak biasa. Pada kedua sisi dari 1 Korintus 13 terdapat perikop tentang ibadah bersama dan karunia rohani. Ironisnya, orang-orang Korintus menggunakan bakat mereka yang kelihatan untuk bersaing, membandingkan, dan mengacaukan pertemuan ibadah mereka. Karunia-karunia tertentu, seperti bahasa roh, penyembuhan, dan nubuat, ditinggikan di atas karunia-karunia lain yang dianggap lebih rendah (1Kor. 12, 14). Hasilnya jelas: banyak sekali perpecahan dan kekacauan dalam ibadah, sangat berlawanan dengan etos ibadah yang Allah telah rancang untuk umat-Nya. Allah telah merencanakan ibadah Kristen harus jelas, benar-benar kuat, dan dilakukan dalam kesatuan yang penuh kasih.

Satu Korintus 13 mengungkapkan keagungan kasih, bukan sebagai pekikan sentimental, melainkan suatu teguran! Dalam semua karunia dan kemampuan mereka dengan karunia Roh yang luar biasa, orang-orang Korintus kehilangan poin utama -- kasih. Oleh karena itu, Paulus mengontraskan kasih dengan ketidakdewasaan dan kedangkalan pola pikir jemaat Korintus, dan kemudian dia melanjutkan dengan positif menggambarkan kasih dalam 1 Korintus 13. Kasih yang digambarkan rasul adalah pengorbanan, diperoleh dengan susah payah, berisiko, dan memiliki kesamaan dengan karya salib. Kasih Injil adalah bahan utama yang kurang dalam gereja Korintus, dan itu adalah sistem akar kesatuan Kristen.

Diberdayakan dalam Pemberitaan Injil

Kembali ke pembukaan surat. Paulus membuat beberapa poin penting tentang berkhotbah. Kefasihan dan kekuatan tidak selalu sama. Mungkin ada jurang pemisah antara pidato persuasif dan pemberitaan transformatif. Paulus membuat banyak perbedaan ini dalam surat 1 Korintus 1-4 itu. Mengapa? Paulus sedang menyusun argumennya, yaitu, bahwa kesatuan yang berakar pada kasih Injil menemukan kekuatan dalam pemberitaan Injil yang setia yang tanpa malu mewartakan Kristus yang disalibkan. Isi Injil ini adalah skandal bagi pikiran Yunani-Romawi. Itu adalah kelemahan bagi dunia; itu adalah kebodohan bagi tipu muslihat zaman. Akan tetapi, Injil sebenarnya adalah kekuatan dan hikmat Allah (1Kor. 1:18-2:16). Injil ini adalah kebenaran yang mendefinisikan kasih, dan itu adalah kekuatan yang menyatukan orang-orang percaya dalam kasih itu. Oleh karena itu, pemberitaan Injil yang setia dan tanpa malu (khotbah alkitabiah) adalah kekuatan untuk kesatuan yang penuh kasih dari gereja yang sehat.

Mengikuti Firman Allah

Gereja modern memiliki banyak hal untuk digumulkan dan dipelajari dalam surat ini. Karakteristik unik dari perpecahan kita baru-baru ini di gereja adalah pertanyaan tentang kesatuan itu sendiri. Sebuah karakter yang mengganggu hari ini adalah pengorbanan kasih dan kesatuan berdasarkan belas kasihan yang menggantikan kesatuan yang lebih berkaitan dengan penyesuaian terhadap keyakinan sekunder dan tersier, khususnya di sekitar rusaknya keadilan dan kekuasaan dalam masyarakat kita. Sementara keadilan dan kekuasaan adalah inti dari 1 Korintus, kesatuan yang penuh kasih adalah sistem akar yang menjiwai keadilan dan kekuasaan sejati berkaitan dengan kebenaran.

Terakhir, sebuah gereja yang bersatu dan berbuah akan mempertahankan akarnya dalam kasih yang sejati hanya jika ia mengikuti arah Kitab Suci, bahkan ketika pesan Kitab Suci itu tidak sejalan dengan kebijaksanaan zaman. Ada beberapa cara untuk mewujudkan penjangkaran Kitab Suci, tetapi cara utama telah dan akan selalu berupa pemberitaan tanpa malu-malu dari Alkitab tentang Kristus yang disalibkan. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Crossway
Alamat situs : https://crossway.org/articles/why-study-the-book-of-1-corinthians
Judul asli artikel : Why Study the Book of 1 Corinthians?
Penulis artikel : Jay Thomas