Ada yang tidak beres dengan sebagian dari ajaran tentang keterlibatan dengan Alkitab saat ini karena yang lebih ditekankan adalah seberapa sering kita terhubung dengan Alkitab, bukan pengaruh keterhubungan tersebut terhadap cara kita berpikir, berbicara, dan bertindak.
Dengan perkataan lain, sejumlah gereja, kelas sekolah minggu, serta lembaga-lembaga Alkitab memiliki masalah pada agenda mendasar mereka, yakni memaksa orang membaca atau mendengar Kitab Suci supaya mendapat wawasan rohani dan pemahaman sehingga mereka tunduk dan taat kepada firman Allah (artinya, berkelakuan sesuai dengan standar moral alkitabiah).
Namun, simaklah ini. Saya bukan bermaksud mengatakan bahwa kita tidak perlu membaca Alkitab secara teratur, atau bahwa Alkitab tidak harus memengaruhi cara hidup kita. Sama sekali bukan. Akan tetapi, yang hendak saya katakan adalah bahwa ketika yang ditekankan hanyalah keteraturan dalam membaca/merenungkan Alkitab dan menata kehidupan sesuai standar moral Alkitab, berarti ada yang tidak beres di situ. Hal itu menjadi masalah karena keteraturan belaka adalah legalisme.
Banyak membaca Alkitab dan menjalani hidup yang saleh akan terasa berat jika kita belum bergaul dengan Yesus terlebih dahulu. Ini bukan main-main. Keterlibatan dengan Alkitab seharusnya selalu berpusat pada kekaguman akan Yesus, betapa ajaib, luar biasa, dan menakjubkannya Dia -- tidak kurang dan tidak lebih!
Mengapa demikian? Mengapa Yesus harus menjadi yang pertama, terutama, dan selalu ada dalam keterlibatan dengan Alkitab? Karena "segala sesuatu (termasuk keterlibatan dengan Alkitab) ada di dalam Dia" (Kolose 1:17).
Di sinilah, letak persoalannya. Ketika keterlibatan dengan Alkitab tidak berpusat pada Yesus, kita akan membaca atau merenungkan Alkitab terutama karena rasa bersalah atau kewajiban, dan didorong bukan oleh kasih, melainkan oleh rasa takut, rasa malu, atau ambisi untuk melayani diri sendiri. Ketika kita membaca atau merenungkan Alkitab karena rasa bersalah atau kewajiban, kita akan mengalami kekeringan dan kegagalan. Itulah yang akan terjadi, atau hati kita menjadi semakin dingin dan lebih suka menghakimi -- kita berpegang pada aturan-aturan, dan mengutuk orang lain yang tidak mematuhi perintah Allah.
Lakukanlah hal yang utama terlebih dahulu. Keterlibatan dengan Alkitab haruslah senantiasa merupakan keterlibatan dengan Yesus. Keterlibatan dengan Alkitab adalah melihat kemuliaan-Nya, mengenal kasih karunia-Nya, dan bertumbuh dalam Dia. Dari awal hingga akhir, Alkitab adalah jendela untuk kita bisa melihat Yesus melaluinya. Jadi, membaca/mendengar Alkitab adalah membuka mata dan telinga kita terhadap kasih sayang-Nya yang tidak terkira, keselamatan-Nya yang tidak ternilai, pemeliharaan-Nya yang terus-menerus, berkat-Nya yang luar biasa, dan kemurahan-Nya yang tidak terbatas.
Saat kita tidak mencari Yesus terlebih dahulu, kita berada dalam masalah. Perkataan ini keras. Ketika yang ditekankan hanya keteraturan membaca atau mendengarkan Alkitab serta pentingnya perbuatan moral, hal itu akan menghasilkan orang-orang Farisi pada zaman modern.
Keterlibatan dengan Alkitab tanpa Yesus adalah beban besar yang berat. Ketika kita hanya berusaha sesering mungkin membaca Alkitab atau bertindak benar sebanyak mungkin dalam sehari, kita telah kehilangan inti dari keterlibatan dengan Alkitab dan akan selalu melenceng dari sasaran, karena menurut Yesus, yang lebih penting dalam keterlibatan dengan Alkitab bukanlah soal apa yang kita perbuat (atau tidak kita perbuat), melainkan tentang siapa Dia (lihat Yohanes 5:39).
Mungkin, saya perlu mengulangi lagi (meski dengan kata-kata yang sedikit berbeda) yang sudah dikatakan; mengasihi Yesus tidak boleh hilang dari kegiatan keterlibatan kita dengan Alkitab. Keterlibatan dengan Alkitab diukur dari perjumpaan kita dengan Dia. Ketika kita membaca, merenungkan, mengingat, dan menanggapi perkataan Alkitab, kita harus melakukannya dengan senantiasa menetapkan hati kepada Yesus dan mencari kepuasan hidup dalam Dia. Itulah keterlibatan dengan Alkitab yang sejati.
Jadi, inilah cara memikirkan ulang makna keterlibatan dengan Alkitab. Mari membaca atau mendengarkan firman sebagai cara untuk berjumpa dengan Dia yang adalah Firman. Sebab, ketika kita berjumpa dengan Sang Firman, hal-hal lainnya akan berjalan dengan benar. Artinya, ketika prioritas kita dalam keterlibatan dengan Alkitab adalah berelasi dengan Yesus dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya, saat itulah kita akan mampu berkomitmen untuk membaca/merenungkan dan menaati firman-Nya terus-menerus. (t/N. Risanti)
© Scripture Union Canada 2018
2 Korintus 4:5
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Jump Into The Word |
URL | : | https://www.jumpintotheword.com/2018/07/10/reimagining-bible-engagement/. |
Judul asli artikel | : | Reimagining Bible Engagement |
Penulis artikel | : | Dr. Lawson Murray |
Tanggal akses | : | 02 Agustus 2018 |
- Log in to post comments