Skip to main content

Bagaimana Membentuk Kebiasaan Seumur Hidup

Tujuh tip untuk memperkenalkan orang Kristen baru ke Alkitab. Meskipun kebanyakan orang Kristen ingin membaca Alkitab mereka secara teratur, kita sering gagal mengintegrasikan pembacaan Kitab Suci ke dalam ritme kehidupan kita sehari-hari. Kita sebagian besar mengandalkan "profesional" Kristen -- pendeta dan guru Kristen populer -- untuk mengajari kita apa yang perlu kita ketahui tentang Alkitab. Duduk untuk membaca sendirian atau dalam kelompok kecil tampaknya tidak begitu menginspirasi atau menyenangkan.

Akan tetapi, Alkitab bukan hanya untuk "profesional". Ini untuk kita semua. Ketika kita sebagai pemimpin gereja diberi tugas istimewa untuk memperkenalkan orang percaya baru pada praktik suci membaca dan merenungkan Kitab Suci, kita dapat mengubah pola ini dan mengaturnya untuk perjalanan membaca Kitab Suci seumur hidup. Berikut adalah tujuh hal penting untuk mulai menjadi orang Kristen baru:

1. Tawarkan Cara Hidup, Bukan Kegiatan Sampingan.

Dalam dunia yang didorong-oleh-iklan, kita tergoda untuk menjual disiplin spiritual kepada orang percaya baru. Kita mengatakan hal-hal seperti, "Ini hanya akan mengambil lima menit dari waktu Anda," dan, "Cobalah membaca beberapa ayat sehari." Saya kira lebih baik membaca selama lima menit daripada tidak membaca sama sekali, tetapi saya ingin menyarankan agar kita mendekati Kitab Suci dengan keseriusan yang lebih besar, terutama dalam hal memperkenalkan orang percaya baru kepada Alkitab.

Bagaimana kita menyampaikan disiplin membaca Kitab Suci mengungkapkan pentingnya menurut kita. Kita harus menolak godaan untuk menawarkan bentuk Kekristenan yang mudah, nyaman, dan murah. Ditransformasi oleh Roh melalui membaca Kitab Suci bukanlah kegiatan ekstrakurikuler -- itu adalah cara hidup. Lagi pula, kita tahu bahwa kita "hidup bukan dari roti saja, melainkan dari segala sesuatu yang dikatakan TUHAN" (Ul. 8:3, AYT). Kita dipanggil untuk membentuk kebiasaan membenamkan diri dalam teks-teks suci ini sampai menjadi terintegrasi ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Ini bukan tugas yang mudah, tetapi ini adalah tugas kita. Mari kita sampaikan seperti itu.

2. Posisikan Diri Anda Sebagai Teman, Bukan Ahli.

Salah satu cara para pemimpin gereja menghalangi orang percaya baru menjadi serius tentang Kitab Suci adalah dengan secara tidak sengaja mengirimkan pesan bahwa hanya para ahli yang dapat memahami Firman Allah. Ketika kita menampilkan diri kita sebagai elite alkitabiah dengan semua jawaban yang benar, kita mempromosikan gagasan bahwa studi Alkitab adalah untuk "para ahli" daripada untuk semua yang ingin menikmati persekutuan dengan Bapa.

Saat Anda memperkenalkan Alkitab kepada orang percaya baru, posisikan diri Anda sebagai teman yang mengundang seseorang untuk bergabung dengan Anda dalam perjalanan seumur hidup menjelajahi dan dibentuk oleh Kitab Suci. Peran Anda sebagai seorang pemimpin bukanlah menjadi seorang sarjana alkitabiah, tetapi seorang saudara perempuan atau laki-laki yang berbagi santapan persekutuan yang tak ada habisnya dengan Firman Allah.

Untuk melakukan ini, membacalah bersama dengan orang percaya baru, bagikan apa yang Anda temukan dalam bacaan Anda sendiri. Bagikan pertanyaan dan keraguan Anda secara terbuka. Ketika Anda tidak memiliki jawaban atas sebuah pertanyaan, akui bahwa Anda tidak yakin dan cobalah temukan jawabannya bersama-sama. Tujuannya di sini bukanlah pendidikan, tetapi komitmen dan pemuridan.

3. Mulailah dengan Allah Tritunggal yang Pengasih.

Ini tidak mungkin berlebihan. Kita tidak boleh memperkenalkan disiplin Kristen tanpa memperkenalkan Allah. Membaca Alkitab, seperti halnya semua kegiatan Kristen, dimulai dengan Trinitas, dan itu dilakukan dalam upaya untuk mendekat kepada Allah Tritunggal kita.

Di dasar semua ciptaan dan realitas ada hubungan kasih ilahi ini. Allah Bapa mencurahkan kasih kepada Allah Anak; Allah Anak mencurahkan kasih kepada Allah Bapa. Dan, bersama-sama, dalam kasih, mereka mengirimkan Roh Kudus agar kita dapat mengenal secara pengalaman kasih antarpribadi ilahi ini (lihat Yohanes 14:23-31; Yohanes 15:26; Kisah Para Rasul 2:32-33; Titus 3:3-7) .

Allah pengasih yang aktif, hidup, dan relasional ini sedang mencari kita. Untuk mengenal Allah ini, maka, bukanlah tentang mengumpulkan informasi, tetapi keterlibatan secara interpersonal. Tujuan kita membaca Alkitab bukan hanya untuk mendengar tentang Allah, tetapi untuk mendengar dari Allah. Sering kali, orang Kristen memiliki kecenderungan pada kegunaan dan pengetahuan: "Apa yang bisa saya dapatkan dari kitab ini?" Tentu saja, akan ada banyak hal yang harus dipelajari, tetapi disiplin membaca Kitab Suci pertama-tama dan terutama merupakan sarana untuk menikmati persekutuan yang manis dengan Allah Tritunggal yang pengasih.

4. Kenali dan Atasi Nilai Budaya Ketergesaan.

Dalam pencarian Google, makanan cepat saji, dunia media sosial, membaca dan merenungkan banyak literatur bukanlah hal yang wajar. Kita telah menjadi terprogram untuk ketergesaan. Akan tetapi, ketika saya merencanakan kencan dengan pasangan saya, kami membuat waktu khusus dengan menyisihkannya dan membatasi gangguan.

Kita harus merencanakan pembacaan Alkitab kita dengan cara yang sama. Saat saya membimbing orang Kristen baru dalam membaca Kitab Suci, saya menyarankan saran praktis ini:

  • Membuat janji temu di kalender Anda. Jika tidak ada di kalender, itu bukan prioritas.
  • Temukan ruang tanpa gangguan. Teras yang tenang, kedai kopi, atau bahkan hanya sepasang headphone peredam bising yang bagus akan sangat membantu.
  • Matikan ponsel Anda. Kita bisa keluar dari jaringan selama 30 menit untuk bersekutu dengan Allah.
  • Gunakan alat-alat yang menginspirasi. Lakukan studi Alkitab yang baik, buat jurnal, gunakan stabilo, dan pena yang mendorong Anda untuk terlibat.

5. Mulai dengan Kitab-kitab Injil.

Meskipun semua Kitab Suci bermanfaat, arahkan orang percaya baru pada kehidupan dan ajaran Yesus yang ditemukan dalam Kitab-kitab Injil. kita percaya bahwa tukang kayu Yahudi yang berubah menjadi rabi ini adalah Allah dalam daging, wahyu Allah yang paling jelas. Inti dari menjadi orang Kristen adalah mengenal dan meneladani Yesus Kristus, jadi mulailah dari sini.

Juga akan bermanfaat untuk menawarkan beberapa tinjauan umum dari setiap Kitab Injil. Dua sumber menarik yang saya rekomendasikan adalah pengantar Eugene Peterson yang menggugah pikiran dan menginspirasi untuk setiap kitab dalam Alkitab di The Message, serta rangkuman animasi pendek The Bible Project tentang setiap kitab di YouTube. Ini akan menawarkan buku pelajaran yang baik dan latar belakang yang cukup kontekstual untuk membantu orang percaya baru dalam membaca Kitab-kitab Injil.

6. Doronglah Pembacaan yang Reflektif.

Saya menggunakan metode lima langkah berikut untuk membantu orang percaya baru mendekati Alkitab kurang seperti buku teks dan lebih seperti sebuah jalan untuk melibatkan Roh. Dengan fokus pada merenungkan Kitab Suci daripada mendapatkan "jawaban yang benar", saya telah menemukan bahwa orang percaya baru lebih siap untuk sukses.

1. Mulai dalam diam.

Mulailah dengan momen detoks mental dan kesadaran akan kehadiran Allah. Renungkan kasih sayang Allah terhadap Anda saat Anda membuka Firman.

2. Tandai apa yang Anda baca.

Saat Anda membaca, tandai ayat, frasa, kata, atau tema apa pun yang menyentuh hati Anda atau menimbulkan pertanyaan. Sorot, garis bawahi, dan tuliskan pemikiran Anda di bagian pinggir. Roh mungkin sedang berbicara kepada Anda. Catatan dan sorotan Anda akan menjadi tanda visual percakapan Anda dengan Allah.

3. Ringkaslah bagian itu.

Sangat mudah untuk membaca dan kemudian melupakannya. Untuk melakukannya perlahan dan benar-benar mencerna apa yang terjadi dalam teks, luangkan waktu untuk menulis ringkasan singkat dari apa yang telah Anda baca. Jika ini dirasa sulit, coba parafrasekan setiap ayat. Tulis ulang ayat Kitab Suci dengan kata-kata Anda sendiri. Ini akan memaksa Anda untuk memperhatikan apa yang Anda baca.

4. Renungkan dan dengarkan.

Setelah melihat sorotan dan ringkasan Anda, tutup mata Anda, tarik napas dalam-dalam, dan mulailah merenungkan implikasinya. Kemudian dengan berani tanyakan, "Apakah yang Roh Allah katakan kepada saya pada saat ini?" Anda mungkin mendengar kata penghiburan, arahan, atau kebijaksanaan. Anda mungkin menemukan hubungan antara teks dan kehidupan Anda sendiri. Atau Anda mungkin tidak. Tidak apa-apa. Kuncinya adalah mendengarkan, percaya dengan iman bahwa Allah sedang berbicara melalui Firman-Nya. Jika Anda membutuhkan arahan, mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan ini:

Apa yang diungkapkan ini tentang Allah?

Apa yang diungkapkan ini tentang kemanusiaan?

Apa yang diungkapkan ini tentang kehidupan Kristen?

Bagaimana ini kontras dengan dunia tempat saya tinggal?

Bagaimana ini memanggil saya untuk hidup secara berbeda?

5. Berdoa (berdasarkan) teks.

Terakhir, tutup waktu Anda dengan berdoa melalui apa yang telah Anda renungkan. Misalnya, jika kata-kata Yesus tentang memberi kepada orang miskin secara sembunyi-sembunyi menonjol bagi Anda setelah Anda membaca Khotbah di Bukit, berdoalah, "Bapa, ajari saya memberi dengan hati yang murni. Semoga saya mencari upah yang lebih besar daripada pujian dari orang-orang."

7. Menerima Pertanyaan Kontroversial.

Setiap pembaca Alkitab yang jujur akan memiliki pertanyaan-pertanyaan. Kitab-kitab Injil, misalnya, harusnya memunculkan beberapa pertanyaan menarik tentang perceraian, uang, dan bagaimana berinteraksi dengan rekan kerja yang kita benci. Selain itu, banyak orang Kristen baru akan memiliki pertanyaan tentang apa yang dikatakan Kitab Suci mengenai isu-isu sosial yang kontroversial. Kemungkinan juga bahwa orang Kristen baru mungkin tidak setuju dengan pembacaan tertentu dari Alkitab. Jangan menjelekkan atau menghakimi; sebaliknya, terlibatlah dalam percakapan, berusaha memahami sudut pandang mereka. Semakin kita menerima pertanyaan sulit, semakin kita akan menunjukkan kenyataan bahwa Allah cukup besar untuk menangani pertanyaan apa pun yang mungkin kita miliki. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Christianity Today
Alamat situs : https://christianitytoday.com/biblestudies/articles/bibleinsights/how-to-form-lifelong-habit.html
Judul asli artikel : How to Form a Lifelong Habit
Penulis artikel : Mike Whang