Bagi orang Kristen, Paskah mewakili peristiwa klimaks dalam seluruh sejarah umat manusia -- kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Para kritikus berpendapat bahwa itu hanyalah mitos yang lebih berdasarkan pada fiksi daripada fakta. Sebagian bahkan lebih jauh menuduh kekristenan mencuri tema “kematian dan kebangkitan dewa” dari agama-agama lain (meskipun para ahli telah membuktikan dengan kuat bahwa kisah-kisah kematian dan kebangkitan dewa-dewa lain, seperti Dionysus dan Adonis, muncul setelah kekristenan. Jadi, jika memang ada pihak yang mencuri, justru agama-agama penyembah berhala itulah yang “meminjam” tema tersebut dari kekristenan).
Arkeologi merupakan satu bidang studi yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah kematian dan kebangkitan Yesus dari Nazaret, sebagaimana dicatat di dalam kitab-kitab Injil di Alkitab, benar-benar peristiwa yang terjadi dalam sejarah. Selama lebih dari 150 tahun, penggalian-penggalian arkeologis di Israel telah menghasilkan banyak bukti yang mendukung keabsahan historis figur Yesus dari Nazaret. Penggalian-penggalian tersebut meng onfirmasi banyak unsur dari kisah Natal, pelayanan-Nya di Galilea dan Yudea, terutama di tempat ibadah orang Yahudi, dan fakta bahwa dunia tempat Yesus pernah hidup dengan sangat akurat digambarkan dalam kitab-kitab Injil. Namun, tidak ada bukti yang lebih melimpah daripada yang diperoleh ketika mempelajari detail catatan sejarah mengenai kematian dan kebangkitan Yesus dari Nazaret. Berikut adalah rangkuman singkat tentang bukti arkeologis peristiwa Paskah.
Banyak orang Kristen pergi ke Israel pada masa Paskah untuk mencari lokasi-lokasi asli tempat Yesus pernah berada. Sayangnya, beberapa lokasi yang ditunjukkan kepada khalayak religius oleh para pemandu wisata yang bermaksud baik diragukan autentisitasnya. Garden Tomb [Taman Makam] adalah suatu tempat yang tenteram untuk menghayati kebangkitan Yesus, tetapi sebagian besar ahli arkeologi sepakat bahwa ini adalah Iron Age Tomb (kubur dari Zaman Besi) yang sudah berusia 500 tahun pada abad ke-1 Masehi, dan bukan “kuburan baru” (Matius 27:60) yang di dalamnya “belum pernah dibaringkan mayat” (Lukas 23:53) sebagaimana dijelaskan di dalam Alkitab. Dengan adanya banyak keraguan seputar tempat-tempat yang terkait dengan peristiwa Paskah, akan mudah untuk langsung menyimpulkan bahwa arkeologi tidak mendukung catatan yang ada di Alkitab. Hal ini tentu adalah sebuah kekeliruan karena temuan-temuan arkeologis telah mengonfirmasi banyak detail mengenai kisah Paskah.
GETSEMANI
Mungkin mengejutkan ketika menyadari bahwa Alkitab tidak pernah menyebut “Taman Getsemani” dengan sebutan itu; hanya dikatakan bahwa Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke “sebuah tempat yang bernama Getsemani” (Matius 26:36; Markus 14:32) di Bukit Zaitun (Lukas 22:39), yang di sana terdapat sebuah “taman” (Yohanes 18:1). Getsemani itu sendiri berarti “perasan zaitun” atau “perasan minyak”. Pada masa sekarang ini, para turis menikmati keheningan Taman Getsemani, dan beberapa pohon zaitun di sana memang berusia 2000 tahun. Namun, di dekatnya, ada sebuah tempat kuno bernama Gua Getsemani (atau Gua Pengkhianatan), yang diperkirakan adalah tempat asli peristiwa pengkhianatan terhadap Yesus, atau setidaknya titik lokasi tempat murid-murid tertidur. Mengingat bahwa waktu itu adalah malam yang dingin (Yohanes 18:18), masuk akal jika mereka berlindung di dalam gua. Penggalian arkeologis mengungkapkan bahwa gua itu digunakan untuk memeras zaitun pada zaman kuno. Jadi, ada bukti kuat bahwa tempat yang saat ini dikenal sebagai Taman Getsemani dan, secara lebih khusus, Gua Getsemani, adalah area tempat pernah terjadi salah satu cerita pengkhianatan yang sangat terkenal sepanjang masa.
TEMPAT KEDIAMAN HANAS
Setelah ditangkap di taman, Yesus dibawa “mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar” (Yohanes 18:13). Di sinilah, tempat Yesus ditanyai mengenai pengajaran-Nya, serta tempat Petrus menyangkal Gurunya sebanyak tiga kali.
Pada tahun 1970-an, arsitek arkeologis yang terkenal, Leen Ritmeyer, merupakan bagian dari tim yang menggali istana besar di dekat Gunung Moria di Yerusalem, yang dikenal dengan sebutan “Palatial Mansion”. Ia mengidentifikasi bangunan itu sebagai istana Hanas, yang menjabat sebagai Imam Besar dari tahun 6 -- 15 M. Setelah dia tidak lagi menjabat, Hanas terus memegang kekuasaan yang luar biasa di Yerusalem dari belakang layar, sementara anak-anak dan menantunya, Kayafas, menjabat sebagai Imam Besar, sehingga tidak mengherankan bila Yesus pertama-tama dibawa kepadanya (Hanas bahkan disebut “pendamping imam besar” di Lukas 3:2).
Ritmeyer menunjukkan bahwa puing-puing Palatial Mansion jelas merupakan rumah para imam karena memiliki empat mikva’ot (kolam ritual), temuan paling umum di tempat-tempat kediaman kuno apa pun di Yerusalem (atau Israel). Kolam itu juga ada di dekat Burnt House, yang dinyatakan sebagai milik keluarga imam Katro, dan di wilayah yang oleh Josephus dicatat sebagai lokasi istana Hanas. Reruntuhan istana ini menunjukkan kekayaan Hanas yang sangat tersohor, dengan lantai-lantai mosaik dan dinding-dinding berhiaskan lukisan. Rumah besar itu sendiri diatur di sekitar halaman yang luas dan beraspal, dengan ruang aulanya tepat di sebelah barat halaman gedung. Kemungkinan Yesus diinterogasi oleh Hanas di ruang aula, sementara Petrus menghangatkan diri di depan api di halaman gedung. Josephus mencatat bahwa istana Hanas dibakar pada tahun 70 M (War 2.426); ketika Palatial Mansion digali, terdapat bukti bahwa bangunan itu memang hancur akibat kebakaran. Ini diperkirakan merupakan tempat Yesus pertama kali diinterogasi sebelum pengadilan palsu oleh para pemimpin Yahudi.
ISTANA HERODES
Setelah diadili oleh Mahkamah Agama, Yesus dibawa ke hadapan Pontius Pilatus, di “gedung pengadilan Roma” (Yohanes 18:28), yang sama dengan Praetorium (Markus 15:16). Sebuah tradisi masa lalu pada era abad pertengahan memiliki Praetorium di Antonia Fortress. Arkeolog Shimon Gibson mengukur dasar Antionia Fortress dan berpendapat bahwa tempat itu terlalu kecil untuk difungsikan lebih daripada sebuah pos penjagaan Romawi dan menara pengawasan. Tempat itu pastinya tidak cukup besar sebagai tempat kediaman dan pusat administrasi gubernur Romawi. Pada masa kini, banyak orang meyakini bahwa Pontius Pilatus bertempat tinggal di kompleks istana Herodes yang lama ketika dia ada di Yerusalem. Gibson menyatakan:
“Pada masa kini, pendapat umum yang ada di antara para ahli adalah bahwa istana Herodes yang terletak di sebelah barat kota adalah sama dengan Praetorium dan bahwa di daerah sekitar situlah Yesus diikat dan dijatuhi hukuman mati.”
Bukti lebih lanjut yang menunjukkan bahwa Pilatus menggunakan istana lama Herodes sebagai tempat kediamannya ditemukan di dalam tulisan Philo dari Alexandria. Memang, tidak mengherankan bahwa pemerintahan kerajaan Romawi mengambil alih sebagian dari kompleks milik raja Yahudi demi kepentingannya sendiri. Bahkan, istana itu sendiri dibagi menjadi dua sayap yang dikenal sebagai Caesareum dan Aggrippium. Dalam bukunya, "The Final Days of Jesus: The Archaeological Evidence", Gibson menyatakan bahwa penemuan gerbang kota dengan halaman gedung di bagian dalamnya di dekat istana Herodes adalah Gate of the Essenes (Gerbang Kaum Eseni), dan di situlah Yesus diadili di depan umum dan dari situlah orang-orang berteriak agar Dia disalibkan.
PARA PENUNTUT
Bukti arkeologis lebih lanjut menegaskan fakta mengenai orang-orang penting yang menginterogasi dan menuntut Yesus dalam kisah Minggu Sengsara dalam kitab-kitab Injil. Terlepas dari banyaknya bukti sejarah tentang Yesus dari Nazaret di luar Alkitab, Hanas, Kayafas, dan Pilatus tidak hanya diketahui dari tulisan-tulisan kuno, tetapi ada juga bukti arkeologis yang aktual untuk setiap tokoh tersebut.
Hanas -- Selain Palatial Mansion yang telah dikenali sebagai tempat kediaman Hanas (sebagaimana disebutkan di atas), kuburan Imam Besar Hanas telah ditemukan dan merupakan bukti lebih lanjut mengenai kekayaannya, sebab kuburan itu merupakan salah satu kuburan yang paling terhias dari Periode Bait Suci Kedua.
Kayafas -- Pada tahun 1990, suatu tim konstruksi yang membangun taman air di Peace Forest dekat Yerusalem tidak sengaja mengeduk sebuah gua dari abad pertama ketika buldoser mereka mengeruk bagian atas makam itu. Para ahli arkeologi menemukan berbagai osuari (kotak tempat menyimpan tulang-tulang yang digunakan pada abad pertama), salah satunya yang bertuliskan nama “Yusuf putera Kayafas”. Sejarawan kuno, Josephus, mencatat bahwa nama lengkap Kayafas adalah Yusuf Kayafas. Di dalamnya, terdapat tulang belulang seorang laki-laki berusia 60 tahun. Para ahli yakin bahwa inilah osuari imam besar yang memainkan peranan besar dalam pengadilan Yesus.
Pontius Pilatus -- Pada tahun 1961, para arkeolog Italia menemukan sebuah batu prasasti ketika menggali amfiteater di dekat Kaisarea Maratima. Balok batu kapur itu merupakan bagian dari persembahan kepada Kaisar Tiberius dari “Pontius Pilatus, Gubernur Yudea”. Meskipun Pilatus disebutkan dalam banyak sumber literatur di luar Alkitab (misalnya tulisan Josephus, Philo, dan Tacitus), “Batu Pilatus” adalah satu-satunya bukti arkeologis kuno mengenai Pontius Pilatus.
GOLGOTA
Keempat biografi Yesus di Alkitab mencatat bahwa Yesus disalibkan di sebuah tempat bernama Golgota, yang artinya “Tempat Tengkorak” (Markus 15:22; 27:33; Lukas 23:33; Yohanes 19:17–18). Injil Yohanes mencatat, “Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang” (Yohanes 19:41). Artinya, Golgota adalah sebuah area luas yang meliputi tempat eksekusi, makam, dan taman. Alkitab menggambarkan tempat penyaliban ada di dekat kota tempat orang banyak bisa melihat tulisan “Yesus dari Nazaret Raja Orang Yahudi” di atas salib-Nya (Yohanes 19:19,20), dan bahwa tempat itu berada “di luar pintu gerbang” (Ibrani 13:12). Secara historis, hal ini masuk akal sebab hukuman mati Romawi sengaja dijadikan sebagai tontonan publik sebagai peringatan bagi orang lain. Karena itu, tempat eksekusi terletak di dekat jalanan, di luar tembok kota, di dekat pintu gerbang, dan di area yang terdapat makam dan sebuah taman.
Para ahli arkeologi secara umum sepakat bahwa situs Golgota yang asli terletak di kawasan “Bukit Kalvari” di Gereja Holy Sepulchre (meskipun mungkin tidak tepat di situ, karena tempat itu terlalu kecil). Penggalian di sekitar area Gereja Holy Sepulchre menunjukkan bahwa itu adalah tambang dari Zaman Besi yang telah digali dari bukit yang landai (bentuk batu-batunya yang bergerigi mungkin menyerupai bentuk sebuah tengkorak bagi orang-orang pada abad pertama). Lagi pula, area tersebut berada di luar tembok kota kuno (pertama) kota Yerusalem di dekat jalan yang menuju ke Emaus. Puing-puing dari pintu gerbang kota, kemungkinan Gerbang (Taman) “Gennath” yang disebut oleh Josephus, juga ditemukan di dekat situ.
ORANG YANG DISALIB
Pada tahun 1968, kru pekerja bangunan Israel Ministry of Housing sedang bekerja di area di sebelah timur laut Yerusalem ketika mereka secara tidak sengaja menggali beberapa makam. Para ahli arkeologi yang dipanggil menemukan banyak osuari, termasuk salah satu yang berisi tulang belulang seorang pria dewasa yang telah disalib. Namanya, Jehohanan (Yehohanan), dituliskan di bagian luar kotak penyimpanan tulang, dan pada tulang tumit kanannya masih terdapat paku berkarat bekas penyaliban. Tampaknya, paku itu menancap di mata kayu salib dan bengkok. Mungkin paku itu tidak bisa diambil dari tubuh korban oleh keluarganya tanpa merusak kakinya, dan paku itu pun dibiarkan. Analisa pada tulang tumit dan paku tersebut menunjukkan bahwa Jehohanan disalib dengan masing-masing kakinya berada di sisi salib yang berbeda, dan paku ditancapkan dari samping menembus tumitnya. Tulang belulang “orang yang disalib” adalah satu-satunya bukti arkeologis tentang penyaliban. Ini menunjukkan kesamaan sekaligus perbedaan dengan penyaliban Yesus di Perjanjian Baru, meski hal ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan karena sumber literatur kuno menjelaskan berbagai cara orang bisa disalibkan oleh Romawi.
KUBUR YESUS
Tidak seperti Taman Makam, yang tidak memiliki kesaksian kuno atas keasliannya dan baru dikemukakan pada abad ke-19, makam Yesus di Gereja Holy Sepulchre memiliki sangat banyak bukti yang membuat banyak orang percaya bahwa itulah lokasi kubur kosong yang sesungguhnya. Jerome (395 M) dan juga Eusebius (337 -- 340 M) mencatat bahwa kaisar Romawi Hadrian membangun sebuah podium besar di atas kubur Yesus dan meletakkan patung Jupiter di atasnya. Ketika Constantine dan ibunya, Helena, membongkar kuil penyembah berhala itu, sebuah kubur benar-benar ditemukan di bawahnya. Mereka kemudian membangun gereja awal di tempat itu pada tahun 330 M. Kubur-kubur lain dari abad pertama ditemukan di dalam gereja, menegaskan bahwa area tersebut tadinya adalah lahan pekuburan. Kubur Yesus dan tempat pembaringan makam dikelilingi oleh kuil yang dikenal sebagai tempat pemujaan. Baru-baru ini, tempat itu dibuka untuk pertama kalinya dalam hampir 500 tahun untuk dipugar dan dibersihkan. Belakangan ini, dilakukan renovasi di tempat pemujaan, termasuk pemasangan sebuah jendela, sehingga para pengunjung bisa melihat tembok batu asli kubur itu. Bukti tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa inilah lokasi kubur Yesus yang sebenarnya.
PRASASTI NAZARET
Prasasti Nazaret adalah sebuah prasasti Yunani pada sebuah lempeng marmer berukuran 61 cm X 38 cm, yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1930. Benda itu merupakan dekrit Kaisar (dikenal sebagai pengumuman kerajaan) pada masa pemerintahan Claudius (tahun 41 -- 54 M), tidak lama setelah kematian dan kebangkitan Yesus. Di dalamnya, sebuah hukuman mati dijatuhkan di Israel kepada siapa pun yang mencuri mayat dari kubur, dan secara khusus “kubur yang disegel”, seperti kubur Yesus. Menarik bahwa Kaisar merasa perlu untuk membuat ketetapan semacam itu, karena pada zaman itu, menjarah kuburan untuk mencuri barang berharga di dalamnya adalah hal yang biasa, tetapi jarang, jika pernah, untuk mencuri mayat. Namun, Alkitab mencatat bahwa para pemimpin Yahudi membuat dan kemudian secara sengaja menyebarkan kebohongan bahwa murid-murid Yesus mencuri mayat-Nya (Matius 28:13-15).
Tidak diragukan, laporan ini pun sampai ke telinga kaisar Romawi, yang sepertinya memandang sekte baru kekristenan sebagai gerakan anti-Romawi yang berbahaya. Dr. Clyde Billington, rekan profesor sejarah kuno di Northwestern College, menyelidiki prasasti tersebut dan menyimpulkan: “Konteks dari Prasasti Nazaret jelas membuktikan bahwa prasasti ditulis bagi orang Yahudi dan bukan non-Yahudi, dan sudah tentu dikeluarkan oleh Claudius sebagai respons terhadap cerita mengenai kebangkitan Yesus dari Nazaret, Raja Orang Yahudi”.
KESIMPULAN
Tentu saja, tidak satu pun dari hal di atas membuktikan bahwa kubur itu kosong (meskipun saya percaya kubur itu benar-benar kosong), atau bahwa Yesus dari Nazaret benar-benar bangkit dari kematian (meskipun saya yakin Dia bangkit), atau bahwa Alkitab benar adanya (meskipun saya yakin itu benar). Pada akhirnya, semua ini adalah soal iman. Tujuan saya ialah untuk menunjukkan bahwa banyak detail kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang dijelaskan dalam Kitab Suci dipertegas oleh arkeologi. Hal ini membuat saya menyimpulkan bahwa Alkitab itu akurat secara historis dalam menjelaskan kejadian-kejadian yang oleh orang Kristen disebut sebagai Minggu Sengsara. Banyak dari murid-murid angkatan awal yang menyaksikan kematian Yesus dari Nazaret secara langsung, mengaku melihat-Nya hidup setelah Ia dikuburkan, dan kemudian, dalam banyak peristiwa, mereka membayar keyakinan ini dengan nyawa mereka. Namun, mereka tidak bisa digoyahkan dari keyakinan mereka bahwa Yesus bangkit dari kematian. Mereka pergi ke seluruh bumi menyampaikan kabar baik bahwa pengampunan dosa tersedia di dalam nama Yesus (Kisah Para Rasul 13:38), dan bahwa siapa pun yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan percaya dalam hatinya bahwa Allah membangkitkan Yesus dari kematian akan diselamatkan (Roma 10:9). Saya percaya kubur itu kosong dan bahwa Yesus hidup. Itu benar-benar kabar baik! (t/Jing-jing)
Diambil dari:
Nama situs: BRYANWINDLE.COM
URL: https://bryanwindle.wordpress.com/2017/04/12/the-archaeology-of-easter/
Penulis artikel: windlebry
Judul asli artikel: The Archeology of Easter
Tanggal akses: 10 Februari 2018
- Log in to post comments