Skip to main content

Apakah Teknologi Merusak Pembacaan Alkitab?

Apakah Teknologi Merusak Pembacaan Alkitab?

Greg Clarke memberikan empat perspektif berbeda tentang topik "Apakah teknologi merusak pembacaan Alkitab?" ketika dia berbicara pada malam diskusi "Topik Hangat" di Sydney Missionary and Bible College.

Clarke memberi contoh empat pembaca Alkitab:

  1. Trang adalah anak laki-laki Vietnam dari keluarga petani yang meskipun tidak bisa membaca, tetapi mampu mendengarkan Alkitab setiap pagi dari perangkat Megavoice yang diberikan kepadanya oleh suatu kelompok misi.

  2. Yusef adalah seorang pria Kristen paruh baya dari negara di Timur Tengah yang melarang warganya memiliki Alkitab. Namun, dia memiliki ponsel cerdas untuk mengunduh aplikasi Alkitab Arab. Dia mendengarkan Alkitab dalam bahasa Arab melalui headphone untuk menghindari risiko terdeteksi.

  3. Dr. Allan Johnson adalah konsultan terjemahan yang mengunjungi Arnhem Land untuk bekerja dengan para penerjemah Alkitab bahasa suku. Dia dapat memasukkan draf terjemahan mereka ke dalam program komputer Paratext untuk membandingkan draf tersebut dengan versi Alkitab asli dan mengomunikasikannya dengan konsultan terjemahan lain di seluruh dunia.

  4. Jason adalah seorang remaja Australia yang menghadiri ibadah di suatu gereja di pinggiran kota. Dia adalah "generasi layar" yang terus-menerus berada di depan berbagai jenis layar. Dia menggunakan aplikasi Alkitab di iPhonenya untuk mengikuti khotbah, sambil membagikan ayat-ayat Alkitab melalui Facebook. Dia tidak begitu hebat dalam kegiatan membaca Alkitab secara berkelanjutan, tetapi dia memiliki Alkitab dalam ponsel pintarnya dan dapat mendiskusikannya dengan teman-teman di Facebook dan media sosial lainnya. Ini bukan hal yang membosankan baginya. Dia adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar.

Mendefinisikan teknologi sebagai sesuatu yang "entah bagaimana memperluas kapasitas tubuh dan pikiran manusia", Clarke berkata, "Teknologi memungkinkan keterlibatan Alkitab di lebih banyak tempat secara lebih cepat dibandingkan dengan sebelumnya. Bukanlah pekerjaan misi atau pembaruan gereja yang mempercepat Misi Alkitab di seluruh dunia, melainkan teknologi. Roh Allah telah bekerja dalam teknologi baru untuk membawa firman Allah kepada orang-orang."

Baca Alkitab

 

Clarke menunjuk pada perubahan luar biasa dalam aksesibilitas Alkitab yang dihasilkan oleh teknologi ponsel pintar dengan menunjukkan akses instan yang dimiliki banyak orang di seluruh dunia -- kaya dan miskin -- terhadap Alkitab dalam format digital.

Aplikasi Alkitab seperti YouVersion, dengan bekerja sama bersama agen-agen Alkitab di seluruh dunia dalam menciptakan digital Bible library, mengartikan bahwa orang dapat mengakses Alkitab dalam bahasa mereka sendiri dan bahkan mendengarkannya saat itu juga.

Seperti yang diilustrasikan melalui contoh dari Dr. Alan Johnson, terjemahan Alkitab juga telah banyak dikembangkan oleh teknologi, seperti program perangkat lunak Bible Society: Paratext. Program ini memungkinkan para penerjemah di seluruh dunia untuk secara instan menganalisis draf terjemahan. "Penerjemah adalah pahlawan tanpa tanda jasa dari pekerjaan misi," kata Clarke, "dan sementara masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, teknologi mempercepat pekerjaan."

Clarke juga menyampaikan beberapa keprihatinannya tentang pembacaan Alkitab, yaitu bahwa membaca Kitab Suci -- dan kegiatan membaca itu sendiri -- tengah menghilang dalam masyarakat kita. "Penelitian yang dikumpulkan oleh Bible Society telah mengungkapkan bahwa kurang dari 2 di antara 10 orang Kristen yang datang ke Gereja di Australia memiliki kebiasaan membaca Alkitab," katanya. Dalam menyikapi keprihatinan ini, Bible Society merencanakan kampanye yang akan mendorong orang Kristen di seluruh Australia untuk membaca, bahkan hanya satu ayat Alkitab -- sekitar 25 kata -- tiap kali baca. "Tweet rata-rata adalah 25 kata, seperti banyaknya pesan teks," kata Clarke. "Yohanes 3:16 yang terkenal hanya terdiri dari 24 kata (dalam Bahasa Inggris - Red.). Jika orang mulai dengan membaca hanya 25 kata dari Kitab Suci, mereka pun dapat melanjutkan membaca firman Tuhan lebih banyak."

Clarke juga menyatakan kerinduannya untuk menangkap kembali pesona membaca bagi orang Australia, yang diyakininya akan membuat orang kembali membaca Alkitab. "Membaca seharusnya menjadi sesuatu yang menyenangkan, sukacita," katanya.

"Teknologi telah menguraikan pembacaan Alkitab dan mengubahnya menjadi data," kata Clarke. Alkitab dalam format digital mudah dicari dan dibedah untuk dianalisis -- tetapi Alkitab seharusnya tidak menjadi data untuk dianalisis. "Risikonya adalah kita mungkin tidak melakukan pembacaan yang tepat untuk benar-benar memahami Alkitab," katanya. "Kita cenderung mengumpulkan pengetahuan Alkitab daripada memadukannya. Sangat penting untuk membaca Alkitab secara mendalam dan bertumbuh dalam pengetahuan Alkitab kita, bukannya sekadar membaca sepintas lalu."

Clarke juga percaya bahwa, terlepas dari pertumbuhan teknologi dan peningkatan aksesibilitas Alkitab dalam format digital, Alkitab yang dicetak akan terus ada. "(Versi) cetak tidak mati ketika berbicara tentang Alkitab. Firman Tuhan sangat berharga sehingga orang menginginkannya dengan berbagai cara. Setelah membacanya, mereka ingin secara fisik memilikinya."

Clarke menyimpulkan bahwa secara keseluruhan, teknologi memampukan, alih-alih merusak, keterikatan dengan Alkitab. (t/N. Risanti)

Diambil dari:
Nama situs : bible society
Alamat situs : https://www-archive.biblesociety.org.au/news/is-technology-ruining-bible-reading
Judul asli artikel : Is Technology Ruining Bible Reading?
Penulis artikel : Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 15 Mei 2019