1. Kisah Para Rasul tidak berisi tentang tindakan-tindakan para rasul.
Lukas, penulis kitab Kisah Para Rasul, sebenarnya tidak memberi judul kitabnya, "Kisah Para Rasul". Nama itu diberikan kepada kitab tersebut oleh gereja pada abad ketiga. Meskipun Kisah Para Rasul memang mencatat peristiwa yang dialami dan dilakukan oleh kedua belas rasul -- dan rasul Paulus dalam kurun waktu sekitar tiga puluh tahun setelah kematian dan kebangkitan Yesus -- , menariknya, setelah kedua belas rasul itu terdaftar dalam pasal pertama, kita tidak mendengar apa pun tentang sebagian besar rasul lainnya.
Sebuah argumen dapat dibuat bahwa ini adalah sebuah kitab tentang tindakan-tindakan Roh Kudus yang dicurahkan. Atau bisa juga merupakan tindakan-tindakan dari firman yang diberitakan. Firman tampaknya hampir memiliki identitasnya sendiri dalam kitab ini, karena firman itu menyebar dan berlaku. Mungkin kita juga dapat mengatakan bahwa ini adalah kitab tentang tindakan Tuhan Yesus yang bertakhta. Yesus naik ke takhta-Nya di surga pada pasal pertama Kisah Para Rasul, dan kemudian, ketika kita membaca kitab ini, Dia tetap menjadi pusat dari tindakan-Nya; memanggil orang-orang kepada-Nya, menambahkan orang-orang percaya baru ke dalam gereja-Nya, memberikan pengarahan kepada para murid-Nya, dan menunjuk para pelayan firman-Nya.
2. Kisah Para Rasul 1 memberikan garis besar dan panduan geografis bagi seluruh pasal dalam kitab ini.
Dalam Kisah Para Rasul pasal pertama, Yesus berkata kepada para rasulnya, "Akan tetapi, kamu akan menerima kuasa ketika Roh Kudus telah datang kepadamu dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke bagian bumi paling ujung." (1:8, AYT), yang menjadi dasar bagi keseluruhan kitab ini. Para pengikut pertama ini menerima kuasa ketika Roh Kudus turun ke atas mereka, dan mereka mulai berkhotbah di Yerusalem (pasal 2-7). Dari sana, mereka bersaksi tentang Kristus ke luar Yerusalem, yaitu di Yudea dan Samaria (pasal 8-11). Kemudian, mulai pasal 12, Paulus dan yang lainnya membawa Injil ke seluruh Asia Kecil, Asia, dan sampai ke Roma -- yakni, sampai ke ujung bumi pada zaman mereka.
3. Kisah Para Rasul menyajikan peristiwa Kenaikan Yesus dan Pentakosta yang pada dasarnya berhubungan dengan kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus.
Ketika berbicara tentang mengartikulasikan Injil, kita cenderung berfokus pada kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Tentu saja, pengumuman peristiwa-peristiwa tunggal dalam sejarah penebusan ini adalah inti dari pesan Injil. Namun, ada suatu pengertian bahwa peristiwa-peristiwa tersebut tidak lengkap tanpa kenaikan Yesus ke sebelah kanan Allah di surga, dan pencurahan Roh-Nya ke atas umat-Nya. Ketika kita sampai pada peristiwa-peristiwa ini dalam dua pasal pertama Kisah Para Rasul, kita berada di puncak pengungkapan sejarah penebusan yang akan mencapai puncaknya pada kedatangan-Nya kembali. Tanpa peristiwa Kenaikan Yesus dan Pentakosta, karya yang mencapai puncaknya dalam kematian dan kebangkitan Kristus tidak akan lengkap.
4. Kisah Para Rasul menyajikan kebangkitan Yesus sebagai bukti bahwa semua janji para nabi tentang akhir zaman telah mulai digenapi.
Ketika kita bertemu dengan para murid dalam pembukaan kitab Kisah Para Rasul, mereka telah menghabiskan waktu selama empat puluh hari bersama Yesus, tenggelam dalam tulisan-tulisan Musa dan para nabi, dan bertumbuh dalam pemahaman mereka tentang arti kebangkitan Yesus yang menandai datangnya akhir zaman sebagaimana tertulis dalam kitab para nabi. Hal ini menolong kita untuk memahami apa yang menjadi masalah ketika Petrus dan Yohanes dituduh memberitakan tentang kebangkitan orang mati "di dalam Yesus", dan apa yang Paulus maksudkan ketika dia berkata bahwa dia diadili karena "pengharapan Israel." Sebagai sebuah bangsa, Israel menaruh pengharapannya pada suatu hari di masa depan ketika Mesias akan mengantarkan sebuah zaman yang baru. Setan dan kejahatan akan lenyap untuk selamanya; dunia akan menikmati perdamaian dan keadilan universal yang sempurna. Zaman mesianik ini akan diresmikan dengan kebangkitan orang mati (misalnya, Dan. 12:2). Para pemimpin agama Yahudi yang menentang para rasul percaya akan kebangkitan. Akan tetapi, mereka tidak suka bahwa para rasul mengatakan bahwa zaman mesianik telah dimulai dengan kebangkitan satu orang -- Yesus -- dan bahwa Dia adalah penggenapan dari semua janji Perjanjian Lama.
5. Kisah Para Rasul menghubungkan pelayanan dan pengalaman para pengikut Yesus dengan pelayanan dan pengalaman Yesus sendiri.
Dalam Kitab-kitab Injil, kita membaca tentang Yesus yang menyembuhkan orang buta, tuli, dan lumpuh. Ketika kita sampai pada kitab Kisah Para Rasul, kita melihat para rasul melakukan banyak hal yang sama. Roh yang sama yang memampukan Yesus untuk melakukan tanda-tanda dan mukjizat juga memampukan para murid-Nya untuk melakukan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat untuk mengesahkan bahwa pelayanan mereka adalah sama dengan pelayanan Yesus. Akan tetapi, bukan hanya mukjizat-mukjizat Yesus yang menunjukkan keterkaitan dengan para pengikut-Nya. Dalam tuduhan-tuduhan yang dilontarkan kepada Petrus dan Yohanes, kemarahan Sanhedrin kepada Stefanus, dan tekad Paulus untuk pergi ke Yerusalem meskipun dia tahu bahwa penderitaan akan menunggunya di sana, Kisah Para Rasul dengan cermat menunjukkan bahwa para pengikut Yesus dapat menduga bahwa mereka akan diperlakukan sama seperti Yesus.
6. Kisah Para Rasul membahas rintangan yang harus diatasi untuk membawa Injil kepada bangsa-bangsa lain.
Ketika Kisah Para Rasul dibuka, para rasul siap untuk mengikuti perintah Yesus, "Karena itu, pergilah dan muridkanlah semua bangsa" (Matius 28:19, AYT). Akan tetapi, dalam pikiran mereka, orang-orang non-Yahudi harus menjadi orang Yahudi sebelum mereka dapat menerima keselamatan dari Allah melalui Kristus. Itu berarti mereka harus disunat, dan mereka harus mengikuti hukum Taurat. Penglihatan Petrus tentang sehelai kain yang berisi makanan haram dan perintah ilahi untuk memakannya memampukannya untuk memahami dan menerima kebenaran bahwa orang non-Yahudi tidak lagi dianggap najis. Ketika Konsili Yerusalem membahas masalah sunat dan mengirimkan surat kepada gereja di Antiokhia yang menegaskan bahwa sunat tidak lagi diwajibkan bagi orang percaya non-Yahudi, konsili ini memperjelas Injil yang dibawa kepada bangsa-bangsa. Tidak ada yang dapat ditambahkan pada keselamatan, yang hanya didapat melalui anugerah melalui iman.
7. Kisah Para Rasul menyajikan gambaran tentang orang-orang yang percaya kepada Kristus yang sedang dalam masa transisi dari agama Yahudi.
Kisah Para Rasul mencatat sejarah dari suatu masa yang sangat unik. Orang-orang Yahudi tidak lagi terikat untuk mematuhi hukum tentang sunat, makanan, atau pengorbanan di Bait Suci secara ketat. Mereka bisa melakukannya jika mereka mau, tetapi tidak harus. Namun, ada banyak orang Kristen Yahudi di Yerusalem yang masih merasa terikat oleh hati nurani untuk menyunatkan anak-anak mereka, bukan untuk mendapatkan atau memertahankan keselamatan, tetapi karena mereka merasa bahwa hal itu harus mereka lakukan sepanjang hidup mereka. Tentu saja Paulus berharap bahwa seiring berjalannya waktu, orang-orang Kristen ini akan mengembangkan kebiasaan untuk memikirkan hukum seremonial Perjanjian Lama dalam kaitan penggenapannya oleh Kristus dan kehilangan rasa kewajiban mereka. Namun, dia tidak menuntut agar praktik-praktik ini ditinggalkan dalam semalam. Hari itu akan segera tiba ketika Bait Allah akan dihancurkan, yang akan memaksa bukan hanya orang Yahudi Kristen, tetapi juga semua orang Yahudi, untuk meninggalkan cara hidup di Bait Allah.
8. Kisah Para Rasul menantang pandangan kita yang terlalu mementingkan keselamatan fisik.
Doa untuk keamanan sering kali terucap dari bibir kita dan mendominasi daftar doa kita. Dan tidak ada yang salah dengan keinginan untuk merasa aman. Namun, keamanan pribadi dapat menjadi berhala jika hal itu lebih penting bagi kita daripada memajukan Injil Yesus. Sejak awal Kisah Para Rasul menceritakan tentang penyebaran Injil, mereka yang dengan berani berbicara tentang Kristus menghadapi pengancaman yang signifikan. Namun kemudian, pengancaman itu menjadi pemukulan, dan kemudian rajam. Kisah Para Rasul seharusnya memersiapkan kita sebagai orang percaya untuk menghadapi kenyataan bahwa kehidupan orang percaya tidak bisa hanya sekadar memertahankan diri. Mengikuti Yesus ke mana pun Dia memimpin dapat menjadi berbahaya.
9. Kisah Para Rasul memberikan aspek penting dari kisah yang diceritakan Alkitab tentang kerajaan Allah.
Sejak awal kisah Alkitab, ketika Adam dan Hawa diperintahkan untuk menjalankan kekuasaan sebagai wakil dari Allah, Alkitab adalah kisah tentang sebuah Kerajaan. Yesus memulai pelayanan-Nya dengan berkata, "Kerajaan Allah sudah dekat." Jadi, kita tidak heran jika Lukas memulai kitab Kisah Para Rasul dengan mengatakan bahwa setelah kebangkitan-Nya, Yesus menghabiskan waktu selama empat puluh hari bersama para murid untuk "berbicara tentang Kerajaan Allah" (1:3). Selama empat puluh hari, para rasul mengikuti semacam 'kelas dasar' tentang Kerajaan Allah langsung dari Sang Raja. Di sepanjang kitab Kisah Para Rasul, kita melihat bagaimana sang Raja, dari takhta-Nya di surga, mengarahkan kemajuan kerajaan-Nya di dunia.
10. Kisah Para Rasul mengarahkan fokus dan perhatian kita kepada tujuan akhir Allah dalam sejarah penebusan; keselamatan suatu umat bagi diri-Nya sendiri dari segala bangsa.
Dalam kitab Kisah Para Rasul kita melihat Tuhan Yesus yang telah bangkit dan dimahkotai sedang bekerja melalui Roh-Nya yang memberikan keberanian kepada para rasul-Nya untuk memberitakan Injil, menambahkan jumlah orang percaya, dan memerlengkapi mereka untuk mendirikan jemaat-jemaat. Akan tetapi, untuk tujuan apa? Jika kita melihat bagian akhir dari dua jilid kitab Lukas sebagai petunjuk, kita menemukan dalam narasi kelahiran Lukas bahwa anak yang dikandung Maria adalah anak yang akan "memberikan pengertian tentang keselamatan kepada umat-Nya" (Lukas 1:77, AYT). Kemudian, di bagian akhir kitab ini, Paulus menyatakan, "Karena itu biarlah hal ini kamu ketahui bahwa keselamatan yang dari Allah ini telah disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarkan" (Kisah Para Rasul 28:28, AYT). Di antaranya, kita diberitahu bahwa isi pesan yang telah diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk diberitakan oleh para rasul adalah "berita keselamatan" (Kisah Para Rasul 13:26), atau "jalan keselamatan" (Kisah Para Rasul 16:17). Kisah yang diceritakan oleh Kisah Para Rasul berada dalam kisah yang lebih besar tentang penggenapan rencana Allah untuk menyelamatkan suatu umat bagi diri-Nya sendiri. Di dalamnya, kita melihat bahwa Tuhan Yesus yang telah bertakhta bekerja oleh Roh-Nya melalui para rasul-Nya yang memberitakan firman, membawa Injil ke segala bangsa, dan Injil itu pun mencapai tujuannya -- menyelamatkan umat manusia dari segala bangsa. (t/Jing-jing)
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | Crossway |
Alamat artikel | : | https://www.crossway.org/articles/10-things-you-should-know-about-the-book-of-acts/?srsltid=AfmBOor5RbzZzZM9xZfiXnWZcKO7AXjoGkBgS9aktvx9lurrCBhbI0oq |
Judul asli artikel | : | 10 Things You Should Know about the Book of Acts |
Penulis artikel | : | Nancy Guthrie |
- Log in to post comments