Jauh di dalam labirin terowongan yang lembab, di jantung katakombe tertua dan terbesar di Roma, para arkeolog menemukan seperangkat lukisan dinding berusia 1.600 tahun yang dilukis untuk mengenang jemaat Kristen mula-mula di kota tersebut.
Para ahli menggunakan teknologi laser terbaru untuk menyingkapkan debu yang sudah menumpuk selama berabad-abad dan membuat lukisan dinding itu tidak terlihat.
Penemuan ini memberi pemahaman baru tentang proses perpindahan keyakinan yang dilakukan orang kaya di Roma pada 4 Masehi, yakni dari agama pagan kepada kepercayaan baru yang diajarkan oleh Kristus.
Lukisan-lukisan dinding berwarna-warni yang indah menghiasi langit-langit dua ruang bawah tanah yang dibangun untuk para pedagang, yang menjadi bagian dari perdagangan gandum kekaisaran yang rumit dan sangat terorganisir.
Para arkeolog menemukan serangkaian lukisan dinding yang mengisahkan bagaimana gandum diangkut dengan kapal dari sekitar Mediterania ke pelabuhan Romawi kuno Ostia, kemudian dipindahkan ke perahu yang lebih kecil yang akan membawanya ke Sungai Tiber menuju gudang-gudang di pusat ibu kota kekaisaran.
Pengimporan dan distribusi gandum adalah monopoli negara yang dikendalikan oleh pejabat tinggi, pada saat setiap orang Romawi berhak mendapat jatah roti setiap hari.
Ruang-ruang bawah tanah, yang digali dari batuan vulkanik lunak, diciptakan untuk keluarga para pejabat kekaisaran yang menjadi kaya dari perdagangan gandum dan pembuatan roti.
Selama berabad-abad, lukisan langit-langit di Katakombe St. Domitilla tertutup lapisan tebal hitam dari endapan kalsium, ganggang, dan asap dari lampu minyak.
Instrumen laser digunakan untuk membakar kotoran dan endapan, yang kemudian hanya menyisakan beragam warna dari lukisan dinding di bawahnya.
“Ketika kami mulai bekerja, Anda tidak dapat melihat apa pun -- itu benar-benar hitam. Panjang gelombang yang berbeda dan pemilihan warna kromatik (hitam, putih, dan abu-abu - Red.) memungkinkan kami untuk membakar noda hitam tanpa menyentuh warna-warna di bawahnya,” kata Barbara Mazzei, penanggung jawab proyek tersebut. "Sebelum ini, kami tidak dapat melakukan pemugaran semacam ini -- jika kami melakukannya secara manual, kami mengambil risiko menghancurkan lukisan dinding."
Di tengah lukisan dingin pada langit-langit, terdapat gambar Kristus yang duduk di atas takhta dengan dua orang pada dua sisinya. Mereka dipercaya sebagai St. Petrus dan St. Paulus, atau St. Nerius dan St. Achilleus, dua tentara Romawi yang menjadi martir karena memberitakan kepercayaan yang baru.
Ada adegan-adegan dari Perjanjian Lama dan Baru, termasuk Nuh dan Tabutnya, dan mukjizat Yesus memberi makan lima ribu orang dengan roti dan ikan.
Lukisan dinding itu dihiasi gambaran burung-burung merak, yang dalam kepercayaan pagan merupakan simbol akhirat. Ruang bawah tanahnya sendiri dilukis sekitar 360 M -- hanya beberapa puluh tahun setelah kekristenan dijadikan sebagai agama yang sah oleh Kaisar Konstantinus.
“Ini adalah perpaduan antara simbol-simbol pagan yang lebih tua dengan gambar-gambar bernuansa Kristen yang baru. Keluarga itu baru saja masuk Kristen,” kata Ms. Mazzei.
Fabrizio Bisconti, inspektur Komisi Kepausan untuk Arkeologi Suci, sebuah departemen Vatikan yang mengelola katakombe, berkata, “Orang-orang kaya Roma adalah mereka yang berpindah ke agama Kristen paling akhir. Dahulu, mereka semua adalah orang kafir sampai pertengahan abad 4 Masehi.
Setelah kejatuhan kekaisaran Romawi, katakombe tersebut secara bertahap ditinggalkan dan dilupakan. Katakombe ini ditemukan kembali pada abad ke-16 oleh arkeolog amatir, Antonio Bosio, yang merayakan penemuannya dengan memulaskan namanya di seluruh lukisan dinding itu dengan tulisan tebal menggunakan arang.
"Dia dianggap sebagai Christopher Columbus dalam penemuan katakombe -- dia menemukan semuanya itu," kata Ms. Mazzei.
Merupakan mitos bahwa orang-orang Kristen mengubur mayat mereka di bawah tanah secara rahasia, jelas para akademisi. Alasan mereka menggali katakombe adalah untuk menampung ribuan mayat, dan hanya membayar pajak untuk wilayah permukaan tanah. Di St. Domitilla Catacombs, orang-orang Kristen melakukan penggalian hingga kedalaman 100 kaki.
Mayat-mayat itu dibungkus dengan lembaran putih sederhana dan ditempatkan dalam ceruk persegi panjang yang diukir di dinding terowongan, dengan ruang-ruang yang kemudian ditutup dengan lempengan marmer.
Makam-makam yang baru dipugar ini merupakan beberapa di antara sekitar 70 makam yang dihias dengan indah yang tersebar di sekitar Katakombe St. Domitilla, yang membentang lebih dari 10 mil pada empat tingkat bawah tanah. Dari 70 makam, hanya selusin di antaranya yang telah dipugar. “Masih banyak yang harus dilakukan. Kami sedang mengarah ke sana, sedikit demi sedikit,” kata Ms Mazzei. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Telegraph |
URL | : | https://www.telegraph.co.uk/news/2017/05/30/laser-technology-uncovers-1600-year-old-christian-frescoes-romes/ |
Judul asli artikel | : | Laser technology uncovers 1,600-year-old Christian frescoes in Rome's biggest catacomb |
Penulis artikel | : | Nick Squires |
Tanggal akses | : | 13 Agustus 2018 |
- Log in to post comments