Skip to main content

Matinya Kegiatan Membaca

Baru-baru ini, saya membaca artikel oleh Philip Yancey di The Washington Post yang berjudul: Matinya Kegiatan Membaca Mengancam Jiwa. Meskipun artikel Yancey tidak secara khusus difokuskan pada kegiatan membaca Alkitab, ia membuat saya berpikir tentang bagaimana matinya kegiatan membaca memberi efek buruk pada keterlibatan dengan Alkitab.

Asumsi yang dibuat oleh Yancey adalah bahwa kegiatan membaca buku ("pembacaan secara mendalam") sedang sekarat. Dia mengemukakan bahwa hal ini, sebagian besar, dikarenakan otak kita yang diatur ulang oleh Internet untuk membaca hanya satu atau dua paragraf (pembacaan secara dangkal).

Gambar: Matinya Kegiatan Membaca

Dalam buku Saving the Bible From Ourselves: Learning to Read and Live the Bible Wel", Glenn Paauw menganjurkan untuk membaca Alkitab dengan cara yang "lebih lambat, lebih cerdas, lebih mendalam" sebagai prasyarat membaca Alkitab secara memadai. Saya setuju dengan Paauw. Pembentukan rohani kita terhambat secara signifikan jika kita tidak punya kebiasaan untuk membaca bagian-bagian besar dari Alkitab dengan berkonsentrasi. Seperti yang saya katakan dalam buku Bible Engagement Basics, "Ketika orang Kristen hidup dengan diet kudapan ayat-ayat Alkitab, mereka tidak makan dari Firman itu sendiri! Pembacaan Alkitab lebih dari sekadar slogan, lebih dari sebuah naskah inspirasional yang bersifat temporer, dan lebih dari pengambilan sampel-sampel naskah yang dipisahkan dari konteks sejarah, sastra, atau budaya mereka."

Jadi, jika pembacan Alkitab secara mendalam sangat penting untuk pembentukan rohani, bagaimana kita melakukan hal ini ketika otak kita tidak lagi dibiasakan untuk pembacaan secara mendalam? Atau, guna mengutarakan pertanyaan ini secara berbeda: Adakah cara untuk mengatasi pembacaan secara dangkal serta mengembangkan kemampuan membaca secara mendalam?

Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan di atas adalah bahwa kita semua bisa mengembangkan kemampuan membaca secara mendalam. Namun, tekad atau disiplin tidak akan membawa kita ke sana. Menurut Yancey yang mengutip Quartz, "Kemauan saja tidak cukup." Kita perlu membangun "benteng kebiasaan-kebiasaan (baru)" jika kita ingin melepaskan diri dari pembacaan secara dangkal. Dan, bagaimanakah "benteng kebiasaan-kebiasaan" yang memudahkan pembacaan Alkitab secara mendalam ini dapat berkembang? Berikut ini adalah beberapa saran:

1. Klaim janji Allah. Anda dapat mengembangkan kemampuan membaca secara mendalam karena Anda dapat melakukan segala hal melalui Kristus yang memberi Anda kekuatan (lihat Filipi 4:13).
2. Mintalah Allah untuk memperbarui pikiran Anda (lihat Roma 12:1-2, Efesus 4:23). Jika internet bisa mengatur otak kita untuk membaca dengan satu cara (pembacaan secara dangkal), tentunya Allah dapat memrogram ulang otak kita untuk membaca dengan cara lain (pembacaan reflektif meditatif secara mendalam).
3. Ubah gaya hidup Anda. Ganti kebiasaan-kebiasaan buruk dengan kebiasaan-kebiasaan baik. Kita tidak seharusnya merawat tubuh untuk memuaskan keinginan kita (lihat Roma 13:14). Jika Anda terus menghabiskan sebagian besar waktu Anda di Twitter, Instagram, Facebook, Snapchat, dan membaca surel, Anda tidak akan pernah mengembangkan kemampuan membaca secara mendalam karena Anda akan terus memperoleh lonjakan dopamin (neurotransmiter yang membantu mengendalikan pusat-pusat penghargaan dan kesenangan di dalam otak) dari pembacaan secara dangkal yang Anda lakukan.
4. Mintalah orang-orang Kristen dewasa untuk membantu Anda (lihat Amsal 15:22, 19:20, Galatia 6:2). Jangan mencoba untuk melawan ini sendiri. Mintalah petunjuk dari orang-orang Kristen yang memiliki kebiasaan melakukan pembacaan Alkitab devosional harian yang kuat.
5. Habiskanlah waktu untuk berdoa (lihat Markus 11:24).

Sampaikan pendapat Anda. Apa yang akan Anda tambahkan atau kurangi?


© Scripture Union Canada 2017

2 Korintus 4:5 (t/Aji)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: jumpintotheword
Alamat situs: http://www.jumpintotheword.com/2017/08/22/the-death-of-reading/
Judul asli artikel: The Death of Reading
Penulis artikel: Dr. Lawson Murray
Tanggal akses: 1 September 2017